Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Ibr 10:19-25 - -- 1. Dorongan untuk berpegang teguh (10:19-25)
Oleh karena mereka sudah diampuni, maka dia berani menyampaikan dorongan. Dorongan ini didasari pada du...
1. Dorongan untuk berpegang teguh (10:19-25)
Oleh karena mereka sudah diampuni, maka dia berani menyampaikan dorongan. Dorongan ini didasari pada dua kenyataan.
Kenyataan yang pertama adalah bahwa kita dapat memiliki suatu "keberanian masuk ke tempat yang kudus." Tidak berarti kita harus memberanikan diri untuk mengganggu upacara-upacara yang diadakan di Bait Allah di Yerusalem (ingatlah, Bait Allah itu hanya gambaran!), tetapi kita boleh "masuk ke tempat yang kudus" di sorga!
Waktu Tuhan Yesus mati di kayu salib, tabir yang menutup jalan masuk ke tempat yang kudus di Bait Allah koyak (Mt. 27:51, Mk. 15:38, dan Lk. 23:45). Koyaknya tabir itu melambangkan bahwa jalan masuk ke tempat yang kudus di sorga sudah dibuka dengan kematian Tuhan Yesus. Kita boleh masuk, mendekati Dia.
Kenyataan yang kedua adalah bahwa kita mempunyai "seorang Imam Besar," seperti sudah ditegaskan dan dimantapkan dalam bagian yang sebelumnya. Berkat pelayanan Imam Besar kita, "hati nurani" kita sudah "dibersihkan," dan "tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." Dengan mengingat bahwa Dialah Imam Besar kita, dan kita boleh masuk ke tempat yang kudus, seperti imam-imam, mungkin "tubuh yang dibasuh dengan air" dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa kita adalah imam-imam di dalam "Bait Allah" yang sesungguhnya.
Inti dari dorongan itu adalah beban utama dari seluruh surat ini: "marilah kita menghadap Allah." "Menghadap" di sini (prosercomai/proserxomai) lebih baik diterjemahkan "datang kepada," sama seperti terjemahan yang tepat dalam 4:16. Bukti untuk terjemahan ini bagian ada di Appendix. Mari kita menghampiri Dia. "Hati nurani" kita dan "tubuh" kita sudah dibereskan. Tidak ada alasan untuk menolak dorongan ini.
Pasal 10:23 adalah dorongan yang kedua. Dengan "teguh" kita harus "berpegang pada pengakuan" kita. Pengakuan ini adalah mengenai "pengharapan kita." Justru pengharapan yang diceritakan dalam surat ini dapat hilang, kecuali mereka berpegang teguh.
Pasal 10:24-25 adalah dorongan yang ketiga. Kita didorong untuk "saling memperhatikan." Ayat ini mirip sekali dengan 3:13. Nats ini memang dapat dipakai untuk menegur orang yang "menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita," tetapi yang diharapkan dengan dua ayat ini adalah jauh lebih besar dari pada kehadiran di gereja pada hari Minggu pagi. Yang diharapkan di sini adalah hubungan pribadi di antara warga jemaat di mana ada "saling menasihati" (parakalew/parakaleo). Istilah ini sudah dipakai dalam pasal 3:13, dan artinya sudah diuraikan di tempatnya di atas. Kedatangan Tuhan Yesus "yang mendekat" menjadi dorongan yang semakin kuat, oleh karena apa yang akan terjadi kepada kita pada "hari Tuhan," yaitu penghakiman.
Hagelberg: Ibr 10:19-39 - -- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
Peringatan ini adalah peringatan yang paling tegas dalam surat ini. Sebagai puncak dari perkembangan pikiran penuli...
D. Peringatan Keempat (10:19-39)
Peringatan ini adalah peringatan yang paling tegas dalam surat ini. Sebagai puncak dari perkembangan pikiran penulis surat, peringatan ini harus ditafsirkan dengan mempertimbangkan peringatan-peringatan yang mendahuluinya. Peringatan ini didahului dengan uraian panjang mengenai Imam Besar kita, dan pelayananNya bagi kita. Peringatan ini mengembangkan dan menerapkan beberapa unsur dari uraian tersebut bagi para pembaca pertama dan juga bagi kita. Sesuai dengan pola yang biasa dipakai oleh penulis surat ini, selain memperingatkan mereka (10:26-31), dia juga membesarkan hati mereka (10:32-39).
Inti dari peringatan ini ialah:
Kita yang punya jalan masuk ke hadirat Allah yang begitu luar biasa diperingatkan bahwa dosa yang tetap dipelihara akan menghasilkan disiplin yang amat tegas dari Tuhan, tetapi bukan neraka.
Hagelberg: Ibr 5:1--10:39 - -- III. Bagian Kedua: Anak/Imam Allah (pasal 5:1-10:39)
Bagian yang pertama sudah menguraikan kepada kita dua kebenaran. 1) bahwa Yesus, yang ditahbis...
III. Bagian Kedua: Anak/Imam Allah (pasal 5:1-10:39)
Bagian yang pertama sudah menguraikan kepada kita dua kebenaran. 1) bahwa Yesus, yang ditahbiskan sebagai Raja oleh Allah, memiliki suatu posisi dan masa depan yang sangat mulia, dan 2) bahwa kita yang mengikuti Dia dengan setia akan menikmati suatu kemenangan/warisan yang mulia. Di dalam bagian itu Yesus direnungkan terutama sebagai Raja kita yang merintis kemenangan. Di dalam bagian yang kedua ini Yesus akan direnungkan terutama sebagai Imam Besar kita. Bukannya unsur ini tidak ada di dalam bagian pertama. Ada juga unsur ini (2:17, 3:1-6, dan 4:14-16), tetapi tidak menonjol sebagai tema utama. Sekarang, di dalam bagian kedua ini, peranan Yesus sebagai Imam Besar kita akan direnungkan, dan, sama dengan apa yang ada dalam bagian pertama, beberapa peringatan akan disisipkan di dalam renungan ini.
Pada hakekatnya bagian ini (pasal 5-10) berkata bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung, yang layak, yang lebih baik, dan yang menjadi dasar yang kuat bagi pahala kita, maka kita harus mendekati Tuhan Allah kita.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ibr 10:19-39
Matthew Henry: Ibr 10:19-39 - Jalan yang Disucikan; Peringatan terhadap Kemurtadan; Ketekunan Ditanamkan Jalan yang Disucikan; Peringatan terhadap Kemurtadan; Ketekunan Ditanamkan (10:19-39)
I. Di sini Rasul Paulus mengemukakan martabat-martabat y...
Jalan yang Disucikan; Peringatan terhadap Kemurtadan; Ketekunan Ditanamkan (10:19-39)
- I. Di sini Rasul Paulus mengemukakan martabat-martabat yang ada di zaman Injil. Sudah sepatutnya orang-orang percaya mengetahui kehormatan dan hak istimewa yang telah diperoleh Kristus bagi mereka, supaya selagi mereka mendapat penghiburan, mereka juga dapat memberi-Nya kemuliaan atas segala sesuatu. Hak-hak istimewa itu adalah,
- 1. Keberanian untuk masuk ke dalam tempat Mahakudus. Mereka mendapat jalan masuk kepada Allah, terang untuk memimpin mereka, kebebasan roh dan kebebasan berkata-kata untuk mematuhi pimpinan itu. Mereka berhak atas hak istimewa dan kesiapan untuk masuk ke dalam tempat Mahakudus, pertolongan untuk menggunakan dan memanfaatkannya, dan jaminan bahwa mereka akan diterima dan dapat mengambil manfaat darinya. Mereka dapat masuk ke dalam hadirat Allah yang penuh rahmat dalam sabda-Nya, ketetapan-Nya, pemeliharaan-Nya, dan perjanjian-Nya yang kudus, dan dengan demikian masuk ke dalam persekutuan dengan Allah. Dalam persekutuan itu mereka menerima hal-hal yang disampaikanNya, hingga mereka siap untuk masuk ke dalam hadirat-Nya yang penuh kemuliaan di sorga.
- 2. Imam Besar atas rumah Allah, yaitu Yesus yang terberkati ini, yang memimpin atas jemaat yang giat bergerak, dan setiap anggotanya di bumi, dan atas jemaat yang berkemenangan di sorga. Allah mau berdiam bersama-sama manusia di bumi, dan mau supaya mereka berdiam bersama-Nya di sorga. Tetapi manusia yang jatuh tidak dapat berdiam bersama Allah tanpa Imam Besar, yang merupakan Pengantara yang mendamaikan di dunia ini dan Pengantara yang akan memberikan upah di dunia nanti.
- II. Rasul Paulus memberi tahu kita cara dan sarana yang dengannya orang-orang Kristen menikmati hak-hak istimewa itu. Secara umum, ia menyatakan bahwa hal itu terjadi oleh darah Yesus, berkat darah yang dipersembahkan Yesus kepada Allah sebagai korban penebusan. Kristus telah membeli dengan darah-Nya bagi semua orang yang percaya kepada-Nya jalan masuk yang cuma-cuma kepada Allah berupa ketetapan-ketetapan anugerah-Nya di dunia sini dan di dalam kerajaan kemuliaan-Nya. Darah ini, yang dipercikkan pada hati nurani, menghalau ketakutan yang memperbudak, dan memberikan keyakinan kepada orang percaya akan keamanannya maupun diterimanya ia dalam hadirat ilahi. Sekarang Rasul Paulus, setelah memberikan gambaran umum tentang cara yang dengannya kita mendapat jalan masuk kepada Allah ini, masuk lebih jauh ke dalam hal-hal yang khusus tentang itu (ay. 20). Seperti,
- 1. Ini adalah satu-satunya jalan. Tidak ada jalan lain yang tersisa selain jalan ini. Jalan pertama menuju pohon kehidupan sekarang, dan sudah lama, ditutup.
- 2. Ini adalah jalan baru, baru dalam arti berlawanan dengan perjanjian yang mengutamakan perbuatan maupun baru bagi masa pelaksanaan Perjanjian Lama. Jalan ini adalah via novissima – jalan terakhir yang akan pernah dibuka bagi manusia. Siapa yang tidak mau masuk melalui jalan ini berarti mengeluarkan diri mereka sendiri untuk selama-lamanya. Ini adalah jalan yang akan selalu bisa dimasuki.
- 3. Ini adalah jalan yang hidup. Kita akan mati jika berusaha datang kepada Allah melalui jalan perjanjian yang mengutamakan perbuatan. Tetapi melalui jalan ini kita bisa datang kepada Allah, dan tetap hidup. Jalan itu melalui Juruselamat yang hidup, yang meskipun sudah mati, sekarang hidup. Jalan itu memberikan kehidupan dan harapan yang hidup kepada mereka yang masuk ke dalamnya.
- 4. Jalan ini sudah disucikan Kristus bagi kita melalui tabir, yaitu tubuh jasmani-Nya. Tabir dalam Kemah Suci dan Bait Allah melambangkan tubuh Kristus. Ketika Ia mati, tabir Bait Suci terbelah menjadi dua. Ini terjadi pada waktu korban petang, dan membuat orang dapat melihat secara mengejutkan ke dalam tempat Mahakudus, yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Jalan kita ke sorga adalah melalui Juruselamat yang disalibkan. Kematian-Nya bagi kita adalah jalan kehidupan. Bagi mereka yang mempercayai hal ini, Ia sungguh berharga.
- III. Rasul Paulus melanjutkan dengan menunjukkan kepada orang-orang Ibrani kewajiban-kewajiban yang mengikat mereka oleh karena hak-hak istimewa ini, yang diberikan kepada mereka dengan cara luar biasa seperti itu (ay. 22-23, dst.).
- 1. Mereka harus mendekat kepada Allah, dan itu harus dengan cara yang benar. Mereka harus mendekat kepada Allah. Karena jalan yang benar untuk masuk dan kembali kepada Allah sudah terbuka, maka sungguh tidak tahu berterima kasih dan menghina Allah dan Kristus jika mereka tetap menjaga jarak dari Dia. Mereka harus mendekat melalui pertobatan, dan dengan berpegang pada perjanjian-Nya. Mereka harus mendekat dalam segala perilaku yang kudus, seperti Henokh yang hidup bergaul dengan Allah. Mereka harus mendekat dalam pemujaan dan kerendahan hati, dengan menyembah di tumpuan kaki-Nya. Mereka harus mendekat dalam kebergantungan yang kudus, dan dengan ketat mengikuti pimpinan ilahi. Mereka harus mendekat dalam kepatuhan terhadap Allah, dan persekutuan dengan Dia, hidup dalam kuasa-Nya yang penuh berkat, sementara tetap berusaha untuk semakin dekat dan dekat lagi, sampai mereka berdiam dalam hadirat-Nya. Tetapi mereka harus memastikan bahwa mereka mendekat kepada Allah dengan cara yang benar.
- (1) Dengan hati yang tulus, tanpa membiarkan adanya tipu daya atau kemunafikan. Allah adalah penyelidik hati, dan Ia menuntut kebenaran dalam batin kita. Ketulusan adalah kesempurnaan kita yang bersifat Injil, walaupun bukan kebajikan yang membenarkan kita.
- (2) Dalam keyakinan iman yang penuh, dengan iman yang bertumbuh menjadi keyakinan penuh bahwa apabila kita datang kepada Allah melalui Kristus, kita akan didengar dan diterima. Kita harus mengusir semua ketidakpercayaan yang berdosa sifatnya. Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Semakin kuat iman kita, semakin besar kemuliaan yang kita berikan kepada Allah. Dan,
- (3) Ketika hati kita sudah dibasuh dari hati nurani yang jahat, dengan cara menerima darah Kristus ke dalam jiwa kita dengan hati yang percaya. Hati kita dibersihkan dari kebersalahan, dari kecemaran, dari rasa takut yang berdosa dan siksaan, dari segala penolakan terhadap Allah dan kewajiban, dari ketidaktahuan, kesalahan, takhayul, dan kejahatan apa saja yang memperbudak hati nurani manusia karena dosa.
- (4) Tubuh kita telah dibasuh dengan air murni, yaitu dengan air baptisan (yang olehnya kita tercatat di antara para murid Kristus, para anggota tubuh mistis-Nya). Atau dengan kuasa Roh Kudus yang menguduskan, yang memperbarui dan mengatur perilaku lahiriah kita dan juga sifat batiniah kita, yang membersihkan kecemaran jasmani dan juga rohani. Para imam di bawah hukum Taurat harus membasuh diri, sebelum menghadap hadirat Tuhan untuk memberikan persembahan di hadapan-Nya. Jadi, harus ada persiapan yang layak bagi kita untuk mendekat kepada Allah.
- 2. Rasul Paulus menasihati orang-orang percaya untuk berpegang teguh pada pengakuan iman mereka (ay. 23). Di sini cermatilah,
- (1) Kewajiban itu sendiri, yaitu untuk berpegang teguh pada pengakuan iman kita, memeluk semua kebenaran dan jalan Injil, memegangnya teguh-teguh, dan tetap memegangnya melawan segala pencobaan dan perlawanan. Musuh-musuh rohani kita akan melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan untuk merampas iman, harapan, kekudusan, dan penghiburan kita dari tangan kita, tetapi kita harus berpegang teguh pada agama kita sebagai harta karun kita yang terbaik.
- (2) Cara kita melakukan ini, yaitu tanpa goyah, tanpa ragu, tanpa berbantah, tanpa bermain-main dengan godaan untuk menjadi murtad. Setelah menetapkan perkara-perkara besar antara Allah dan jiwa kita ini, kita harus teguh dan tidak goyah. Siapa yang mulai goyah dalam perkara-perkara iman dan praktik kristiani terancam bahaya akan menjadi murtad.
- (3) Maksud atau alasan untuk menegaskan kewajiban ini: Ia, yang menjanjikannya, setia. Allah telah membuat janji-janji yang besar dan berharga bagi orang-orang percaya, dan Ia adalah Allah yang setia, setia kepada perkataan-Nya. Tidak ada kepalsuan atau berubah-ubah sikap pada Dia, dan demikian pula tidak boleh ada pada diri kita. Kesetiaan-Nya seharusnya menggugah dan mendorong kita untuk setia, dan kita harus lebih bergantung pada janji-janji-Nya kepada kita daripada janji-janji kita kepada-Nya. Kita harus menyerukan kepada-Nya janji-Nya dalam memberi kita anugerah yang memampukan kita.
- IV. Kita mendapati sarana-sarana yang ditetapkan untuk mencegah supaya kita tidak murtad, dan mendorong supaya kita setia dan bertekun (ay. 24-25, dst.). Rasul Paulus menyebutkan beberapa hal, seperti,
- 1. Bahwa kita harus saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Orang-Orang Kristen harus saling memperhatikan dan memedulikan dengan sungguh hati. Dengan rasa kasih mereka harus memperhatikan apa saja kebutuhan, kelemahan, dan pencobaan saudara-saudara mereka. Mereka harus melakukan ini, dan bukannya mencela satu sama lain, membuat marah satu sama lain, melainkan supaya saling mengasihi dan berbuat baik. Mereka harus saling mengajak untuk lebih lagi mengasihi Allah dan Kristus, untuk lebih lagi mencintai kewajiban dan kekudusan, untuk lebih lagi mencintai saudara-saudara mereka di dalam Kristus, dan untuk melakukan segala perbuatan baik berdasarkan kasih kristiani, baik itu terhadap tubuh maupun jiwa satu sama lain. Teladan baik yang diberikan kepada orang lain merupakan dorongan terbaik dan paling berhasil untuk saling mengasihi dan berbuat baik.
- 2. Untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita (ay. 25). Sudah menjadi kehendak Kristus supaya murid-murid-Nya berkumpul bersama-sama, terkadang lebih secara pribadi untuk bertemu dan berdoa, dan di waktu lain bersama-sama untuk mendengarkan firman dan bersatu dalam melaksanakan semua ketetapan ibadah Injil. Di zaman para Rasul, dan seharusnya di setiap zaman, ada pertemuan-pertemuan Kristen untuk menyembah Allah, dan membangun satu sama lain. Tetapi bahkan di masa-masa itu tampak ada sebagian orang yang meninggalkan pertemuan-pertemuan ini, dan dengan demikian mulai murtad dari agama itu sendiri. Persekutuan para kudus merupakan hak istimewa dan hal yang sangat membantu, juga sarana yang baik supaya kita tetap teguh dan tekun. Dengan persekutuan para kudus, hati dan tangan mereka saling dikuatkan.
- 3. Untuk menasihati satu sama lain, untuk menasihati diri kita sendiri dan satu terhadap yang lain, untuk mengingatkan diri kita sendiri dan satu sama lain akan dosa dan bahaya jika kita undur. Untuk mengingatkan diri kita sendiri dan sesama orang Kristen akan kewajiban kita, akan kegagalan dan kebobrokan kita, untuk menjaga satu sama lain, dan cemburu kepada diri kita sendiri dan satu sama lain dengan cemburu yang saleh. Semuanya ini, dengan dipimpin oleh roh Injil yang benar, akan menciptakan persahabatan yang terbaik dan terhangat.
- 4. Bahwa kita harus memperhatikan dekatnya masa-masa pencobaan, dan dengan begitu terdorong untuk lebih giat lagi: Dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Orang-orang Kristen harus memperhatikan tanda-tanda zaman, seperti yang sudah dinubuatkan Allah. Akan datang hari, hari yang mengerikan bagi bangsa Yahudi, ketika kota mereka akan dihancurkan, dan mereka sebagai umat akan ditolak Allah karena mereka menolak Kristus. Ini akan menjadi hari di mana umat pilihan yang tersisa akan terpencar dan ditimpa pencobaan. Sekarang Rasul Paulus mengajak mereka memperhatikan apa tanda-tanda mendekatnya hari yang mengerikan seperti itu, dan mengingatkan mereka supaya lebih tekun dalam bertemu bersama-sama dan saling menasihati, supaya mereka lebih siap menghadapi hari itu. Akan datang hari pencobaan pada kita semua, yaitu hari kematian kita, dan kita harus memperhatikan semua tanda mendekatnya hari itu, dan memanfaatkannya untuk lebih waspada dan tekun dalam menjalankan kewajiban.
- V. Setelah menyebutkan sarana supaya kita teguh, Rasul Paulus melanjutkan, dalam bagian penutup pasal ini, dengan menegaskan nasihat-nasihatnya untuk bertekun, dan melawan kemurtadan, melalui banyak pertimbangan yang sungguh-sungguh (ay. 26-27, dst.).
- 1. Berdasarkan uraian yang diberikan Rasul Paulus tentang dosa kemurtadan. Dosa murtad berarti sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, sengaja berbuat dosa melawan kebenaran yang tentangnya kita sudah memiliki bukti yang meyakinkan. Bacaan ini sudah menimbulkan banyak kegelisahan pada sebagian jiwa yang beroleh anugerah. Sampai-sampai mereka menyimpulkan bahwa setiap dosa yang disengaja, yang dilakukan dengan keyakinan dan melawan pengetahuan, adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Tetapi ini merupakan kelemahan dan kesalahan mereka. Dosa yang disebutkan di sini adalah murtad secara menyeluruh dan dengan keputusan bulat, ketika manusia dengan kehendak dan tekad bulat merendahkan dan menolak Kristus, satu-satunya Juruselamat; merendahkan dan menolak Roh, satu-satunya yang menguduskan; dan merendahkan serta meninggalkan Injil, satu-satunya jalan keselamatan dan firman yang membawa hidup kekal. Dan semuanya ini mereka lakukan setelah mereka mengetahui, memiliki, dan mengakui agama Kristen, dan mereka terus melakukannya dengan hati yang begitu keras dan penuh kejahatan. Ini merupakan pelanggaran besar. Rasul Paulus tampak merujuk pada hukum Taurat mengenai orang-orang yang berbuat dosa dengan sengaja (Bil. 15:30-31). Mereka ini harus dilenyapkan.
- 2. Berdasarkan hukuman yang mengerikan terhadap orang-orang yang murtad seperti itu.
- (1) Tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa-dosa seperti itu. Tidak ada Kristus lain yang akan datang untuk menyelamatkan para pendosa seperti itu. Mereka berdosa melawan jalan dan obat penawar terakhir. Ada beberapa dosa di bawah hukum Taurat yang untuknya tidak disediakan korban. Walaupun begitu, jika orang yang melakukannya benar-benar bertobat, meskipun mungkin tidak akan terhindar dari kematian jasmani, mereka dapat terhindar dari kebinasaan kekal. Sebab Kristus akan datang, dan memberikan penebusan. Tetapi sekarang orang-orang yang hidup di bawah Injil yang tidak mau menerima Kristus, agar mereka diselamatkan oleh-Nya, tidak lagi mempunyai tempat perlindungan yang tersisa.
- (2) Yang tinggal pada mereka hanyalah ketakutan dalam menantikan penghakiman (ay. 27). Sebagian orang berpendapat bahwa ini merujuk pada kehancuran yang mengerikan pada umat dan bangsa Yahudi. Tetapi pasti itu juga merujuk pada kebinasaan sepenuhnya yang menanti semua orang murtad yang berkeras hati pada saat kematian dan penghakiman, ketika Sang Hakim akan melampiaskan murka yang menyala-nyala atas mereka, yang akan menghanguskan para musuh. Mereka akan diserahkan ke dalam api yang menghanguskan dan akan dibakar selama-lamanya. Mengenai kebinasaan ini, Allah memberikan kepada beberapa orang yang dikenal sebagai pendosa, sewaktu mereka di bumi, firasat yang menakutkan dalam hati nurani mereka sendiri, dan penantian yang penuh ketakutan menjelang kebinasaan itu, disertai keputusasaan bahwa mereka tidak akan pernah dapat bertahan atau menghindarinya.
- 3. Berdasarkan cara-cara yang dipakai keadilan ilahi terhadap mereka yang merendahkan hukum Musa, yaitu yang sengaja berbuat dosa, dengan meremehkan wewenangnya, ancaman-ancamannya, dan kuasanya. Mereka ini, apabila dinyatakan bersalah atas keterangan dua atau tiga orang saksi, akan dihukum mati. Mereka mati tanpa belas kasihan, mati secara jasmani. Perhatikanlah, penguasa-penguasa yang bijak harus berhati-hati mempertahankan nama baik pemerintahan mereka dan kewenangan hukum, dengan menghukum orang-orang yang sengaja melanggar hukum. Akan tetapi, dalam kasus-kasus seperti itu harus ada bukti yang kuat mengenai kejadian yang sebenarnya. Demikianlah yang ditetapkan Allah dalam hukum Musa. Dari situ Rasul Paulus menyimpulkan hukuman berat yang akan menimpa orang-orang yang murtad dari Kristus. Di sini ia berseru pada hati nurani mereka sendiri, untuk membayangkan betapa lebih beratnya hukuman yang mungkin akan diterima orang-orang yang merendahkan Kristus (setelah mereka mengaku mengenal-Nya). Mereka bisa membayangkan besarnya hukuman melalui besarnya dosa.
- (1) Mereka telah menginjak-injak Anak Allah. Menginjak-injak orang biasa saja sudah menunjukkan penghinaan yang tidak dapat dibiarkan. Memperlakukan orang terhormat dengan cara hina seperti itu sungguh tidak dapat diterima. Tetapi berlaku demikian terhadap Anak Allah, yang adalah Allah sendiri, pasti membangkitkan murka yang terbesar. Menginjak-injak pribadi-Nya, menyangkal Dia sebagai Mesias. Menginjak-injak kewenangan-Nya, dan merusak kerajaan-Nya. Menginjak-injak para anggota-Nya sebagai kotoran dari segala sesuatu dan tidak pantas hidup di dunia. Apa ada hukuman yang terlalu berat untuk orang-orang seperti itu?
- (2) Mereka telah menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, yaitu darah Kristus, yang dengannya perjanjian dibuat dan dimeteraikan, dan dengannya Kristus sendiri ditahbiskan. Atau dengannya orang murtad telah dikuduskan, yaitu dibaptis, disambut ke dalam perjanjian baru melalui baptisan di depan semua orang, dan diperbolehkan ikut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan. Perhatikanlah, ada suatu pengudusan yang di dalamnya orang bisa saja ikut ambil bagian, namun ia kemudian murtad. Orang dapat dibedakan melalui karunia-karunia dan anugerah-anugerah yang bersifat umum, melalui pengakuan di bibir, melalui suatu bentuk kesalehan, melalui sederet jalan kewajiban yang dilakukan, dan melalui serangkaian hak istimewa, namun demikian ia murtad pada akhirnya. Manusia yang sebelumnya tampak memandang tinggi darah Kristus bisa saja kemudian menganggapnya najis, tidak lebih baik daripada darah penjahat, meskipun darah Kristus adalah tebusan dunia, dan setiap tetesnya bernilai tak terhingga.
- (3) Mereka telah menghina Roh kasih karunia, Roh yang dengan penuh karunia diberikan kepada manusia, dan yang mengerjakan kasih karunia di mana saja Ia berada. Roh kasih karunia, yang seharusnya dipedulikan dan diperhatikan dengan sangat saksama. Roh ini telah mereka dukakan, mereka tolak, mereka padamkan, dan bahkan telah mereka hina. Ini merupakan perbuatan paling fasik dan membuat si pendosa putus harapan, dan menolak Injil keselamatan bagi dirinya. Sekarang, Rasul Paulus menyerahkan pada hati nurani semua, berseru pada akal budi dan keadilan yang berlaku umum, apakah kejahatan-kejahatan berat seperti itu tidak pantas mendapat hukuman yang setimpal, hukuman yang lebih berat dari apa yang menimpa orang-orang yang mati tanpa belas kasihan? Tetapi hukuman apa yang lebih berat daripada mati tanpa belas kasihan? Saya menjawab, mati dengan belas kasihan, dengan belas kasihan dan kasih karunia yang telah diremehkan. Betapa mengerikannya, apabila bukan hanya keadilan Allah melainkan juga kasih karunia dan belas kasihan-Nya yang disalahgunakan menuntut pembalasan!
- 4. Berdasarkan uraian yang kita dapati dalam Kitab Suci mengenai sifat keadilan Allah yang menuntut balas (ay. Ibrani 10:30). Kita tahu bahwa Ia telah berfirman, pembalasan adalah hak-Ku. Kutipan ini diambil dari 1, Allah pembalas. Kengerian-kengerian Tuhan diketahui baik melalui pewahyuan maupun akal budi. Keadilan yang menuntut balas adalah sifat Allah yang mulia sekaligus mengerikan. Pembalasan adalah hak-Nya, dan Ia akan menggunakan dan melakukan pembalasan terhadap para pendosa yang sudah memandang hina anugerah-Nya. Ia akan mengadakan pembalasan bagi diri-Nya sendiri, bagi Anak-Nya, Roh-Nya, dan perjanjian-Nya, terhadap orang-orang murtad. Dan betapa mengerikannya keadaan mereka nanti! Kutipan lain diambil dari 36, TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya. Ia akan menyelidiki dan menguji jemaat-Nya yang ada di dunia ini, dan akan menyingkapkan serta menemukan mereka yang menyebut diri orang Yahudi dan bukan Yahudi, tetapi sebenarnya berasal dari jemaah Iblis. Ia akan memisahkan yang berharga dari yang hina, dan akan menghukum para pendosa di Sion dengan hukuman yang sangat terberat. Nah, orang yang mengenal Dia yang telah berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan,” harus sampai pada kesimpulan, seperti Rasul Paulus (ay. 31): Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. Orang yang mengetahui sukacita yang timbul dari perkenanan Allah dapat membayangkan betapa dahsyat dan ngerinya murka Allah yang menuntut balas. Amatilah di sini, kesengsaraan kekal apa yang akan menimpa orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat dan orang-orang murtad. Mereka akan jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. Hukuman mereka akan datang dari tangan Allah sendiri. Ia membawa mereka ke dalam tangan keadilan-Nya. Ia sendiri akan berhadapan dengan mereka. Penderitaan mereka yang terbesar nanti adalah murka ilahi yang langsung menekan jiwa mereka dalam-dalam. Ketika Ia menghukum mereka melalui makhluk-makhluk ciptaan sebagai alat, hajaran yang diberikan terasa lebih ringan. Akan tetapi, ketika Ia melakukannya dengan tangan-Nya sendiri, sungguh itu suatu penderitaan yang tak terhingga. Inilah yang akan mereka dapatkan di tangan Allah, mereka akan berbaring dalam kedukaan. Kehancuran mereka akan datang dari hadirat-Nya yang mulia dan berkuasa. Ketika mereka berbaring dengan terkutuk di neraka, mereka akan mendapati bahwa Allah ada di sana, dan hadirat-Nya akan menjadi kengerian dan siksaan yang terhebat bagi mereka. Dia adalah Allah yang hidup. Ia hidup selama-lamanya, dan akan menghukum untuk selama-lamanya.
- 5. Rasul Paulus menekankan kepada mereka untuk bertekun dengan mengingatkan mereka akan penderitaan-penderitaan mereka yang terdahulu bagi Kristus: Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat (ay. 32). Pada masa permulaan Injil, timbul penganiayaan yang sangat bengis terhadap orang-orang yang mengakui agama Kristen, dan orang-orang Ibrani yang percaya juga pernah mengalaminya. Rasul Paulus ingin supaya mereka mengingat,
- (1) Kapan mereka menderita: Di masa yang lalu, sesudah mereka menerima terang, yaitu segera setelah Allah mengembuskan nafas hidup ke dalam jiwa mereka, dan menyalakan terang ilahi dalam pikiran mereka, dan membawa mereka ke dalam perkenanan dan perjanjian-Nya. Lalu bumi dan neraka mengerahkan segenap kekuatan melawan mereka. Di sini cermatilah, keadaan alami adalah keadaan yang gelap, dan mereka yang terus dalam keadaan itu tidak akan diganggu oleh Iblis dan dunia. Tetapi keadaan anugerah adalah keadaan terang, dan karena itu kuasa-kuasa kegelapan akan menentangnya dengan keras. Orang yang mau hidup saleh dalam Kristus Yesus harus menderita penganiayaan.
- (2) Apa yang sudah mereka derita: mereka bertahan dalam perjuangan yang berat, banyak dan beragam penderitaan bersatu padu melawan mereka, dan mereka bergumul dengan sangat keras. Banyak memang masalah orang-orang benar.
- [1] Mereka menderita dalam diri mereka. Mereka menderita dalam pribadi mereka sendiri. Mereka dijadikan tontonan, bahan pertunjukan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat, dan bagi manusia (1Kor. 4:9). Mereka menderita dalam nama baik mereka (ay. 33), oleh banyaknya cercaan. Orang-orang Kristen harus menghargai nama baik mereka sendiri, dan itu harus mereka lakukan terutama karena ini menyangkut nama baik agama. Hal ini membuat cercaan menjadi penderitaan yang besar. Mereka menderita dalam harta milik mereka, sebab harta mereka dirampas, karena diperas atau disita.
- [2] Mereka menderita dalam penderitaan saudara-saudara mereka: Maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. Roh Kristen adalah roh yang berbela rasa, bukan roh yang mementingkan diri, melainkan roh belas kasihan. Roh Kristen membuat penderitaan setiap orang Kristen menjadi penderitaan kita sendiri, menaruh dalam hati kita belas kasihan terhadap orang lain, mengunjungi mereka, menolong mereka, dan berseru untuk mereka. Orang-Orang Kristen adalah satu tubuh, digerakkan oleh satu roh, berangkat dari satu kepentingan bersama, dan anak-anak dari Allah yang menderita dalam segala penderitaan umat-Nya. Jika salah satu anggota tubuh menderita, semua yang lain ikut menderita bersamanya. Rasul Paulus memperhatikan secara khusus bagaimana mereka sudah berbela rasa terhadapnya (ay. 34): Kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman. Kita harus mengakui dengan penuh syukur segala belas kasihan yang sudah ditunjukkan oleh teman-teman seiman kepada kita dalam penderitaan-penderitaan kita.
- (3) Bagaimana mereka sudah menderita. Mereka sudah ditopang dengan sangat kuat dalam penderitaan-penderitaan mereka dulu. Mereka menanggung penderitaan-penderitaan dengan sabar. Bukan hanya demikian, mereka juga dengan sukacita menerimanya dari Allah dan memandangnya sebagai perkenanan dan kehormatan bagi mereka bahwa mereka dianggap layak menderita cercaan demi nama Kristus. Allah dapat menguatkan umat-Nya yang menderita dengan segala kekuatan di dalam batin mereka, sehingga mereka dapat menanggung penderitaan dengan tekun dan sabar, dan dengan sukacita (Kol. 1:11).
- (4) Apa yang memampukan mereka bertahan seperti itu di bawah penderitaan-penderitaan mereka. Mereka mengetahui dalam diri mereka bahwa mereka memiliki harta di sorga yang lebih baik dan lebih menetap sifatnya. Perhatikanlah,
- [1] Kebahagiaan orang-orang kudus di sorga adalah harta yang hakiki, sesuatu yang betul-betul berbobot dan layak. Semua yang ada di sini hanyalah bayangan.
- [2] Harta di sorga itu lebih baik daripada apa saja yang dapat mereka miliki atau yang dapat hilang di dunia sini.
- [3] Harta di sorga itu bertahan untuk seterusnya, ia akan melampaui waktu dan berjalan berdampingan dengan kekekalan. Mereka tidak akan pernah bisa menghabiskannya. Musuh-musuh mereka tidak akan pernah bisa mengambilnya dari mereka, seperti mereka sudah mengambil barang-barang duniawi mereka.
- [4] Ini akan menebus secara berlimpah segala hal yang hilang dari mereka atau yang diderita mereka di dunia sini. Di sorga mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik, milik yang lebih baik, kebebasan yang lebih baik, masyarakat yang lebih baik, hati yang lebih baik, pekerjaan yang lebih baik, dan segala sesuatu yang lebih baik.
- [5] Orang-orang Kristen harus mengetahui ini dalam diri mereka sendiri. Mereka harus mendapatkan kepastian akan hal itu dalam diri mereka sendiri (dengan Roh Allah yang bersaksi dengan roh mereka), sebab pengetahuan yang pasti tentang hal ini akan membantu mereka bertahan melawan setiap penderitaan yang akan mereka temui di dunia ini.
- 6. Rasul Paulus menekankan kepada mereka untuk bertekun, dengan menimbang upah yang menanti semua orang Kristen yang setia (ay. 35): Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Di sini,
- (1) Rasul Paulus menasihati mereka untuk tidak melepaskan kepercayaan mereka, yaitu tekad dan keberanian mereka yang kudus, tetapi untuk berpegang teguh pada pengakuan yang untuknya mereka sudah begitu banyak menderita dan menanggung penderitaan-penderitaan itu dengan begitu baik.
- (2) Rasul Paulus mendorong mereka untuk melakukannya dengan meyakinkan mereka bahwa upah bagi kepercayaan mereka yang kudus akan sangat besar. Sekarang pun upah itu sudah ada, yaitu rasa damai dan rasa sukacita yang kudus, dan hadirat Allah serta kuasa-Nya yang banyak berdiam atas mereka. Upahnya di alam nanti juga akan besar.
- (3) Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka betapa pentingnya anugerah untuk bertekun itu dalam keadaan kita sekarang (ay 36): Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu, yaitu upah yang dijanjikan ini. Perhatikanlah, kebahagiaan orang-orang kudus terutama terletak pada janji. Mereka harus terlebih dahulu melakukan kehendak Allah sebelum menerima janji. Setelah melakukan kehendak Allah, mereka perlu bersabar menunggu penggenapan janji itu. Mereka perlu bersabar menjalani hidup sampai Allah memanggil mereka. Ujian untuk bersabar bagi orang Kristen adalah, puas menjalani hidup setelah pekerjaan mereka selesai, dan tetap tinggal menunggu upah hingga tiba waktu Allah untuk memberikannya. Kita harus menjadi hamba-hamba Allah yang menunggu apabila kita tidak bisa lagi menjadi hamba-hamba- Nya yang bekerja. Mereka yang sudah banyak-banyak bersabar masih harus terus bersabar dan bersabar lagi sampai mereka mati.
- (4) Untuk membantu supaya mereka bertekun, Rasul Paulus meyakinkan mereka akan dekatnya waktu kedatangan Kristus untuk membebaskan dan memberi mereka upah (ay. 37): Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Ia akan segera datang menjemput mereka pada saat kematian, akan mengakhiri semua penderitaan mereka, dan memberi mereka mahkota kehidupan. Ia akan segera datang untuk menghakimi, untuk mengakhiri penderitaan-penderitaan seluruh jemaat (seluruh tubuh mistis-Nya), dan memberi mereka upah yang berlimpah dan mulia di depan semua makhluk. Ada waktu yang sudah ditetapkan untuk kedua hal itu, dan Ia tidak akan menangguhkan kedatangan-Nya melampaui waktu itu (Hab. 2:3). Pergumulan orang Kristen pada saat ini mungkin berat, tetapi itu akan segera berakhir.
- 7. Rasul Paulus menekankan kepada mereka untuk bertekun, dengan memberi tahu mereka bahwa bertekun inilah yang menjadi ciri khas mereka dan yang akan membuat mereka bahagia. Sebaliknya, kemurtadan adalah cela, dan akan menjadi kehancuran semua orang yang bersalah karenanya (ay. 38-39): Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dst.
- (1) Sifat yang terhormat dari orang benar adalah bahwa pada saat menghadapi penderitaan terberat, mereka dapat hidup oleh iman. Mereka dapat hidup dengan keyakinan akan kebenaran janji-janji Allah. Iman memberikan hidup dan kekuatan pada janji-janji itu. Mereka dapat mempercayai Allah, hidup di dalam Dia, dan menantikan saat-Nya. Seperti halnya iman mereka menjaga kehidupan rohani mereka sekarang, demikian pula iman mereka akan dimahkotai dengan hidup kekal nanti.
- (2) Kemurtadan adalah tanda dan cap orang-orang yang tidak dikenan Allah. Kemurtadan adalah penyebab dari murka dan amarah Allah yang besar. Allah tidak pernah berkenan pada pengakuan iman yang hanya di bibir dan pada segala kewajiban serta pelayanan yang dilakukan di luar saja oleh orang-orang yang tidak bertekun. Ia melihat kemunafikan hati mereka, dan Ia sangat murka ketika kehidupan agama mereka yang bersifat lahiriah berakhir dalam kemurtadan dari agama secara terang-terangan. Ia memandang mereka dengan sangat murka. Mereka membangkitkan amarahNya.
- (3) Rasul Paulus menutup pembicaraannya dengan menyatakan harapan baiknya akan dirinya dan orang-orang Ibrani ini, bahwa mereka tidak boleh sampai kehilangan sifat dan kebahagiaan orang benar, dan jatuh ke dalam kumpulan dan kesengsaraan orang-orang fasik (ay. 39): Tetapi kita bukanlah (demikian), dst. Seolah-olah ia berkata, “Aku berharap kita tidak termasuk di antara mereka yang mengundurkan diri. Aku berharap supaya engkau dan aku, yang sudah menghadapi pencobaan-pencobaan besar, dan sudah ditopang di bawahnya oleh anugerah Allah yang menguatkan iman kita, tidak akan dibiarkan sesaat pun untuk undur diri dan binasa. Tetapi bahwa Allah akan tetap menjaga kita oleh kuat kuasa-Nya melalui iman yang menuntun kepada keselamatan.” Perhatikanlah,
- [1] Orang yang mengaku-ngaku beragama bisa saja hidup jauh terlibat dalam agama, namun sesudah semuanya itu ia mengundurkan diri. Pengunduran diri dari Allah ini berarti perjalanan menuju kebinasaan. Semakin jauh kita meninggalkan Allah, semakin dekat kita pada kehancuran.
- [2] Mereka yang sudah dijaga setia dalam pencobaan-pencobaan besar di masa lalu mempunyai alasan untuk berharap bahwa anugerah yang sama akan cukup untuk terus membantu mereka hidup oleh iman, sampai mereka menerima buah dari iman dan kesabaran mereka, yaitu keselamatan jiwa mereka. Jika kita hidup oleh iman, dan mati di dalam iman, maka jiwa kita akan aman selama-lamanya.
SH: Ibr 10:19-25 - Kekudusan dalam Kekristenan (Rabu, 3 Mei 2000) Kekudusan dalam Kekristenan
Kekristenan bukanlah suatu teori namun kebenaran yang aplikatif.
Karena itu iman kristen dipraktekkan dan diekspresi...
Kekudusan dalam Kekristenan
Kekristenan bukanlah suatu teori namun kebenaran yang aplikatif. Karena itu iman kristen dipraktekkan dan diekspresikan secara verbal. Kebenaran itu harus dihidupi bukan hanya secara apa yang nampak namun juga secara apa yang tidak nampak, yaitu kehidupan batin manusia. Demikian juga kekudusan Kristen bukanlah bersifat mistis ataupun magis, atau yang membuat Kristen menjadi manusia yang hidup dengan dirinya sendiri dan terpisah dari dunia, atau kekudusan yang menekankan kepada manusia batiniah saja, namun kekudusan yang komprehensif meliputi seluruh kehidupan manusia, dinamis, dan kooperatif.
Karya penebusan Kristus yang menguduskan manusia harus dihidupi dan diwujudnyatakan dalam kehidupan Kristen secara individu maupun komunitas. Oleh karena darah Kristus, Kristen mempunyai hak istimewa untuk menghampiri takhta Allah dengan penuh keberanian. Tidak ada lagi dosa yang menghambat. Tidak diperlukan lagi prosesi ataupun upacara yang bertele-tele untuk menghadap Allah, karena Kristen adalah umat yang kudus di hadapan Allah. Kekudusan itu harus dimanifestasikan melalui hati yang tulus dan keyakinan iman yang teguh ketika menghadap takhta Allah. Ini berarti kekudusan Kristen meliputi hati dan pikiran, ketulusan dan iman, perasaan dan logika.
Di samping itu, Kristen yang kudus harus berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan Kristen. Kristen harus selalu memandang kepada Kristus yang berdiri di sebelah kanan Allah, sebagai Imam Besar. Kristen janganlah mudah terombang-ambing oleh berbagai isu yang seringkali menggoncangkan imannya. Ia yang menjanjikan adalah setia sehingga apa pun yang terjadi dalam kehidupan Kristen di dunia, yakinlah bahwa Kristen akan tetap sampai kepada takhta Allah yang kudus. Berarti kekudusan meliputi ketekunan dan kesetiaan. Setelah kehidupan yang tidak kasat mata secara individual, Kristen harus menghidupi kebenaran Kristen secara komunitas, melawan dosa, Iblis, dan pencobaan. Kekudusan Kristen termanifestasikan ketika mereka berbagi hidup dengan yang lain, memberi, dan menerima dorongan, mendorong satu dengan yang lain dalam kasih dan perbuatan baik (24).
Renungkan: Janganlah mencoba menjadi Kristen yang individual. Allah memberikan gereja untuk saling mendukung dan saling membantu.
SH: Ibr 10:19-25 - Berani masuk ke hadirat Tuhan (Senin, 7 November 2005) Berani masuk ke hadirat Tuhan
Dengan paparan yang jelas akan imamat Kristus yang sempurna itu,
penulis Ibrani menantang para pembaca surat Ibr...
Berani masuk ke hadirat Tuhan
Dengan paparan yang jelas akan imamat Kristus yang sempurna itu, penulis Ibrani menantang para pembaca surat Ibrani untuk tidak lagi ragu akan iman mereka. Yesus adalah jalan masuk kepada Allah. Dua ciri dari jalan ini adalah baru dan hidup (ayat 20). Baru berarti segar, tidak seperti Perjanjian Sinai yang sudah "usang" (band. 8:13). Hidup berarti abadi karena Kristus senantiasa hidup sebagai pengantara mereka (band. 7:25).
Tuhan Yesus bukan hanya pengantara kepada Allah, Dia juga kepala Rumah Allah (ayat 21). Artinya Dialah yang mengatur siapa yang boleh masuk ke tempat kudus Allah. Dia yang akan menyambut kita, orang yang percaya kepada-Nya, untuk masuk, tinggal, dan menikmati hadirat Allah selama-lamanya. Hanya dengan hati nurani yang sudah disucikan oleh Kristus sendiri kita dapat menikmati hadirat-Nya (ayat 22). Agar nurani yang sudah bersih ini tetap menjadi bersih, bahkan semakin peka akan kehendak-Nya, penulis Ibrani mendorong para pembacanya agar bertekun dalam iman (ayat 22), berpegang pada pengharapan kepada Allah yang setia (ayat 23), serta hidup dalam kasih dan perbuatan baik (ayat 24). Agar tiga kebajikan Kristen ini benar-benar menjadi nyata, anak-anak Tuhan harus meningkatkan relasi pribadi mereka dengan Allah. Ini kita alami dalam ibadah dan relasi antar sesama melalui saling menasihati dan memotivasi dalam persekutuan Kristen (ayat 25).
Oleh anugerah Allah di dalam Kristus, kita yang sudah disucikan berani menghampiri takhta Allah. Dengan iman yang teguh, kita melangkah maju penuh pengharapan akan penggenapan janji-janji surgawi dan mengisi kehidupan ini dengan melakukan berbagai perbuatan baik oleh dorongan kasih Allah. Itulah buah-buah rohani yang dapat kita persembahkan ke hadirat-Nya.
Renungkan: Kristus sudah membuka jalan masuk ke Allah Bapa. Apakah yang akan kita bawa dan persembahkan kepada Dia?
SH: Ibr 10:19-31 - Bukan Bebal, tetapi Handal (Jumat, 25 Agustus 2017) Bukan Bebal, tetapi Handal
Ada peribahasa yang mengatakan, "Keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya." Setelah menjadi ...
Bukan Bebal, tetapi Handal
Ada peribahasa yang mengatakan, "Keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya." Setelah menjadi pengikut Kristus sudah seharusnya tidak kembali ke dalam kehidupan lama. Kristus selalu menginspirasi kita untuk mempertahankan kehidupan baru dalam Dia.
Kristus telah membuka jalan terjadinya persekutuan yang hangat antara Allah dan manusia. Kristus telah mempersatukan kembali Allah dengan manusia (20). Akhirnya, umat dapat menghadap Allah tanpa rasa takut. Hal ini seharusnya mendatangkan perubahan hidup dalam diri umat (24). Sangat disayangkan jika kehidupan kita tidak berubah menjadi lebih baik setelah menerima Kristus. Jika ini yang terjadi, maka bersiap-siaplah menerima hukuman dari Allah (29). Hendaknya kita menjadi umat yang andal dan bukan yang bebal.
Dalam pemikiran orang Yahudi, darah memiliki dua makna, yaitu makna kehidupan dan kematian. Darah yang dicurahkan menjadi lambang kematian dari hewan kurban yang disembelih. Melalui pencurahan darah tersebut, seseorang mendapat pengampunan atas dosanya dan pendamaian terhadap Allah. Kematian Kristus telah membuka jalan kehidupan baru. Hati nurani kita mengalami pembaruan. Dengan nurani yang baru, kita memiliki kehidupan yang berpengharapan.
Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Sebab ibadah itu memberikan makna hidup kepada kita. Kehadiran Kristus menguatkan kita untuk menyatakan bakti kepada Allah dan menyatakan kebaikan-Nya dalam kehidupan bersama. Sebab kita ditebus bukan untuk hidup dalam manusia lama, melainkan dalam manusia baru. Hal ini perlu dijaga sebagai identitas baru pengikut Kristus.
Bersyukurlah kepada Allah karena kita dimampukan untuk menjadi saksi Kristus. Dalam segala kelemahan yang kita miliki sebagai manusia, marilah kita berusaha untuk melakukan kehendak-Nya. Seharusnya kegagalan tidak melemahkan semangat kita untuk hidup benar dihadapan-Nya. Dengan demikian, kita adalah pengikut Kristus yang andal. [JS]
SH: Ibr 10:19-39 - Tahan untuk Beriman (Selasa, 4 Juli 2023) Tahan untuk Beriman
Beriman kepada Tuhan berarti memberi hidup kita kepada-Nya dan siap mengikuti perintah Tuhan dengan setia. Dalam realitasnya, kit...
Tahan untuk Beriman
Beriman kepada Tuhan berarti memberi hidup kita kepada-Nya dan siap mengikuti perintah Tuhan dengan setia. Dalam realitasnya, kita sering diperhadapkan pada godaan untuk tidak setia. Penulis Surat Ibrani memahami perjuangan iman yang dihadapi oleh orang percaya dan membahas tentang panggilan untuk setia di tengah tantangan.
Ada dua hal istimewa yang kita terima dari penebusan Yesus Kristus. Pertama, jalan yang baru untuk datang ke hadapan Allah (19-20). Kedua, Kristus sendiri sebagai Imam Besar Agung (21). Kedua hal inilah yang memampukan kita untuk beribadah kepada-Nya dengan iman yang teguh (22).
Itulah dasar kita untuk memiliki pengharapan yang kokoh (23), serta untuk saling menguatkan dalam kasih dan ibadah kita (24-25). Dengan hak istimewa sebagai anak-anak Allah ini, kita diberi peringatan untuk tidak memandang remeh anugerah Allah (26-31). Selain itu, kita pun diminta untuk mengingat derita masa lalu yang penuh kesia-siaan (32-34).
Oleh karena itu, sekarang penulis Ibrani menguatkan kita untuk beriman dengan setia hingga kelak kita menerima pemenuhan janji Allah (35-36). Ia mengingatkan bahwa orang benar akan hidup oleh iman dan memperoleh hidup yang kekal (37-38).
Iman tidak sekadar berbicara tentang kerohanian kita (hal-hal yang tidak kasat mata), tetapi iman sejati akan hadir dalam realitas kehidupan sehari-hari lewat relasi kita dengan Allah.
Anugerah keselamatan yang telah kita terima melalui penebusan Yesus Kristus adalah kesempatan untuk melihat hidup dari sudut pandang kekekalan bersama Allah. Maka, kepada kita diberikan pertanyaan: Apakah kita akan dapat menikmatinya?
Inilah titik di mana setiap orang percaya diundang untuk meneguhkan iman mereka kepada Allah. Dengan demikian, menikmati anugerah Allah berarti bersedia untuk terus belajar dalam pengudusan dan bertahan di bawah tantangan hidup, yang terus kita alami dalam penyertaan Roh Kudus.
Hidup yang bertahan dalam pergumulan adalah hidup yang mengandalkan iman kepada Tuhan. [IBS]
Utley -> Ibr 10:19-25
Utley: Ibr 10:19-25 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 10:19-2519 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, 20 kar...
NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 10:19-25
19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, 20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, 21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. 22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. 24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. 25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
- NASB NRSV "kita sekarang penuh keberanian"
- NKJV "memiliki keberanian"
- NJB "kita memiliki. . .keyakinan penuh"
Istilah parrhēsia berarti "keberanian" atau "kebebasan berbicara" (lih. Ibr 3:6; 4:16; 10:19,35). Istilah ini menyatakan perasaan baru orang percaya yaitu penerimaan dan keintiman dengan Allah. Inilah aapa yang tak dapat disediakan oleh Hukum Musa (lih. Ibr 9:9)! Keyakinan ini harus dipegang kuat oleh iman (lih. Ibr 3:6,14; 4:14). Keyakinan adalah berdasarkan pada karya pengorbanan yang paripurna dari Kristus (lih. Ef 2:8-9), bukan kinerja manusia! Keyakinan dipertahankan melalui kehidupan yang saleh (lih. Ef 2:10).
"masuk ke dalam tempat kudus" Ingat, salah satu tema utama buku ini adalah akses kepada Allah melalui pengampunan kita melalui kehidupan Kristus dan kematian atas nama kita. Para imam besar PL memasuki Tempat Mahakudus Kemah Suci dua kali pada satu hari dari satu tahun (lih. Ibr 9:25), Hari Pendamaian (lih. Im 16). Tapi sekarang melalui pengorbanan Kristus semua orang percaya dapat memiliki akses intim terus-menerus kepada Allah (metafora lain untuk akses adalah tabir robek dari atas ke bawah, lihat 27:51, cf. Mr 15:38).
□ "oleh darah Yesus" Ini bukan darah magis, tapi darah manusia. Ini merupakan korban kematian Yesus demi manusia berdosa (lih. Kis 20:28; Rom 3:25; 5:9; Ef 1:7; 2:13; Kol 1:20; Ibr 9:12,14; 12:24; 13:12, saya Pet Ibr 1:2; Wahy 1:5; 5:9).
Ibr 10:20 "baru Istilah prosphatos berarti "baru saja dibunuh" dan hanya digunakan di sini dalam PB.
□ "jalan… yang hidup" Ini adalah peneguhan dari kebangkitan. Ia dibunuh, namun sekarang Ia hidup (lih. Wahy 5:6) selama-lamanya!
- NASB "meresmikan"
- NKJV "mengkuduskan"
- NRSV, TEV "Ia membuka"
- NJB "Ia telah membuka"
Ini adalah suatu AORIST ACTIVE INDICATIVE. "Jalan yang baru dan hidup" ini adalah suatu realita yang tergenapi, historis, rohani.
Kamus Yunani-Inggris oleh Walter Bauer, yang dibaharui oleh by Arndt, Gingrich, dan Danker, menyebutkan dua terjemahan berbeda bagi istilah ini dalam konteks ini.
- 1. membuka jalan (Ibr 10:20)
- 2. meresmikan atau mendedikasikan dengan ritual yang khidmat (Ibr 9:18) (hal. 215).
Konteksnya menyarankan pada saya suatu kaitan yang lebih dekat di antara kedua kejadian dari istilah langka PB ini. Lagi, perbandingan dari perjanjian ada dalam pandangan; oleh darahNya Yesus telah membuka suatu jalan yang jauh lebih baik untuk menghampiri Allah dan memelihara persekutuan.
□ "melalui tabir" Hal ini berkaitan dengan tabir batin di dalam Kemah di antara tempat kudus dan tempat maha suci (lih. Mat 27:51). Di sini tabir itu adalah "daging" Yesus. Ini kemudian akan merujuk kepada tubuh Yesus yang dirusakkan untuk dosa-dosa kita, dengan demikian, menyediakan akses kepada Allah (lih. Yes 52:13-53:12). Penulis Ibrani melihat bagian luar bait suci (tempat kudus) sebagai mewakili dunia fisik dan bait suci bagian dalam (tempat maha kudus) alam rohani. Dalam terang ini tabernakel surgawi kontras dengan pola duniawi (lih. Ibr 6:19).
Ibr 10:21 "imam besar" Lihat Topik Khusus: Yesus Sebagai Imam Besar di Ibr 2:17.
□ "Rumah Allah" Ini menunjuk pada orang percaya (cf. Ef 2:11-3:13). PL (lih. Ibr 3:5) dan PB (lih. Ibr 3:6; 1Tim 3:15; 1Pet 4:17). Sebagaimana Musa adalah hamba di Rumah Allah, Yesus adalah Imam Besar dan Anak!
Ibr 10:22 "marilah kita menghadap" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) SUBJUNCTIVE. Keyakinan orang percaya adalag berdasarkan karya paripurna Kristus, namun manfaat dan hak khusus ini harus dipegang teguh! Kata "menghadap" digunakan untuk para penyembah yang menghampiri Allah. Perhatikan perkembangannya:
- 1. marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas (ay. 22)
- 2. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita (ay. Ibr 10:23)
- 3. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong (ay. Ibr 10:24)
Perjanjian baru (lih. Yer 31:31-34.) adalah hati yang baru dan semangat baru, sebuah cinta internal dan hukum eksternal, sebuah hadiah gratis dalam pekerjaan selesai Kristus, tetapi juga memiliki persyaratan, buah yang diharapkan, konsekuensi yang bisa diamati! Keyakinan akan keselamatan akan menghasilkan hidup yang saleh! Hal ini terutama bukanlah kredo untuk ditegaskan, ataupun teologi untuk dianut, tetapi keserupaan dengan Kristus (buklan ketidakberdosaan) yang terbukti bagi semua!
Perhatikan daftar persyaratan untuk "menghadap"
- 1. dengan hati yang tulus
- 2. dalam keyakinan iman yang teguh
- 3. hati kita telah ditaburi bersih dari hati nurani yang jahat
- 4. tubuh kita dicuci dengan air murni
□ "hati yang tulus" Suatu sikap yang pantas adalah kunci untuk perjanjian iman yang baru (positif, lih. Yeh 36:22-36; negatif, Yes 29:13). Lihat Topik Khusus pada Ibr 3:8.
□ "keyakinan iman yang teguh" Keyakinan penuh terkait dengan iman! Jaminan didasarkan atas
- 1. hidup iman sebagai bukti pertobatan (lih. Yak 2:14-26)
- 2. karya paripurna Kristus (lih. 2Kor 5:21)
- 3. kesaksian Roh (lih. Rom 8:16)
Usaha manusia tidak dapat membawa keselamatan atau jaminan. Namun, kehidupan yang berubah dan perubahan kehidupan iman adalah bukti bahwa seseorang telah benar-benar telah ditebus. Hasil normal dari pertemuan dengan Allah yang Kudus adalah hidup pelayanan yang kudus.
Jaminan Alkitabiah tidak pernah dimaksudkan untuk diubah menjadi doktrin yang harus ditegaskan, tapi kehidupan yang harus dihidupi! Bagi mereka yang mengaku mengenal Kristus tetapi hidup apatis, acuh tak acuh, duniawi, egois, tidak berbuah, tidak produktif, kekafiran-tidak ada jaminan! Lihat Topik Khusus pada Ibr 3:14.
□ "hati kita telah dibersihkan" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE yang merupakan sebuah singgungan pada ritual pentahbisan dari perjanjian pertama (lih. Kel 24:8; 1Pet 1:2). Pemercikan darah perjanjian baru jauh lebih efektif dalam membersihkan kesalahan umat manusia yang jatuh (lih. Ibr 9:9,14).
□ "dari hati nurani yang jahat" Inilah yang tidak dapat dihilangkan oleh PL (lih. Ibr 9:9; 10:2). Namun demikian, 1Pet 3:21 menggambarkan suatu hubungan yang serupa antara baptisan dan suatu nurani yang jernih.
□ "tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" Ini adalah suatu PRESENT PASSIVE PARTICIPLE. Hal ini mungkin ini merupakan sindiran terhadap tindakan Imam Besar pada Hari Raya Pendamaian, analogi historis untuk PL menyucikan dengan pemercikan (lih. Im 8:6; 16:04; Kel 29:4; 30:17-21; BilKel 19:7-8). Ini tidak menunjuk pada baptisan Kristen.
Ini adalah satu lagi singgungan PL untuk upacara pembasuhan. Jelaslah ditunjukkan bahwa penggunaan ritual air dapat merujuk kepada (1) kematian, penguburan, dan kebangkitan (lih. Rom 6:1-11 dan Kol 2:12) dan (2) membasuh dosa (lih. Kis 22:16; 1Kor 6:11; Ef 5:26; Tit 3:5, dan 1Pet 3:21). Air bukanlah mekanismenya, tapi metaforanya. Berhubung gereja mula-mula tidak memiliki bangunan, orang- orang tidak datang ke depan untuk untuk percaya Kristus di hadapan publik seperti yang mereka lakukan di banyak gereja saat ini. Pengakuan publik mereka adalah baptisan mereka. Itu adalah kesempatan untuk dan ilustrasi tentang pengampunan dosa dan menerima Roh (lih. Kis 2:38) bukannya jalannya.
Ibr 10:23 "Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNCTIVE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE. Ini adalah yang kedua dari tiga PRESENT SUBJUNCTIVES yang menunjukkan suatu tanggapan iman yang diharapkan (namun tergantung).
□ "pengharapan" KJV memiliki "iman," namun hal ini tidak memiliki dukungan dari satupun naskah kuno Yunani. Istilah "pengharapan" sering menunjuk pada pemuliaan kita pada Kedatangan Kedua (lih. Ibr 3:6; 6:11,18; 7:19; 1Yoh 3:2).
- NASB "sebab Ia, yang menjanjikannya, setia"
- NKJV "sebab Ia, yang menjanjikannya, setia"
- NRSV "sebab Ia yang telah menjanjikannya adalah setia"
- TEV "karena kita bisa mempercayai Allah untuk memegang janjiNya"
- NJB "karena Ia yang membuat janji adalah bisa dipercaya"
Satu-satunya KATA KERJA di sini berbentuk AORIST MIDDLE (deponent) PARTICIPLE, "menjanjikan." Ini adalah keseimbangan teologis pada ketiga pernyataan "marilah kita…" dari ay. Ibr 10:22-24. Paradoks dari keselamatan yang gratis, tersedia, dihasilkan, dan dilindungi Allah ini, harus menghasilkan suatu tanggapan perjanjian yang pantas dari manusia! Baik kedaulatan Allah maupun kehendak bebas manusia adalah kebenaran Alkitabiah dan harus dipegang di dalam ketegangan.
Kelayak-dipercayaan Allah adalah keyakinan terkuat orang percaya (lih. Ibr 11:11). Janji Allah adalah pasti; Firman Allah adalah benar!
Ibr 10:24 "let us consider" Ini adalaah sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNCTIVE. Si penulis menggunakan beberpa kata yang berbeda dalam hubungan dengan pemikiran kita akan hal-hal teologis.
- 1. mempertimbangkan, katanoeō, Ibr 1:1; 10:24 (cf. Luk 12:24,27)
- 2. memperhatikan, theōreō, Ibr 7:4
- 3. mempertimbangkan, analogizomai, Ibr 12:3
- 4. menganggap, anatheōreō, Ibr 13:7
Orang percaya harus berpikir melalui iman mereka.
- 1. mengapa ini benar
- 2. bagaimana menerapkannya
- 3. bagaimana menolong orang lain
- 4. apa maksud utamanya
□ "supaya kita saling mendorong" Ini adalah istilah Yunani yang keras biasanya dengan konotasi negatif. Kata ini digunakan hanya dua kali dalam PB. Tempat lainnya adalah perselisihan Paulus dan Barnabas dalam Kis 15:39. Hal ini mungkin mencerminkan ketegangan antara orang-orang Yahudi percaya dan tidak percaya yang beribadah dalam satu sinagoga, yaitu yang paling menjelaskan kelompok ("kami","kamu," dan "mereka") dari Ibr 6.
□ "dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" Ini sungguh merupakan buah dari keKristenan!
Ibr 10:25 Ayat Ibr 10:24-25 menyebutkan tiga hal yang harus dilakukan orang percaya.
- 1. Saling mendorong satu sama lain untuk mengasihi dan perbuatan baik
- 2. berkumpul bersama-sama (akar makna "sinagoga," hanya digunakan di sini dalam PB)
- 3. menguatkan satu sama lain karena Kedatangan Kedua semakin mendekati
Ini adalah satu-satunya teks dalam PB yang mendorong orang percaya untuk berkumpul untuk ibadah. Hal ini mungkin mencerminkan latar belakang sejarah penganiayaan Romawi kepadaa orang Kristen (agama yang tak-disetujui) versus penerimaan relatif dari Yudaisme (agama yang disetujui). Ini juga mungkin mencerminkan hari ibadah yang berbeda. Sangat awal setelah Gereja mulai menyebar di dalam Yudaisme, para rabi (yakni, kebangkitan Yudaisme Farisi di Jamnia sekitar tahun 90) mengembangkan sebuah sumpah "kutukan" yang disyaratkan bagi setiap anggota rumah ibadat, yang melibatkan penolakan Yesus dari Nazaret sebagai Mesias yang dijanjikan . Pada titik ini kebanyakan orang percaya meninggalkan sinagoga dengan jadwal Sabatnya tetapi terus dalam ibadah Minggu mereka dengan Gereja. Yak 2:2 menggunakan kata "sinagoga" untuk merujuk ke tempat ibadah Kristen, seperti halnya Ibr 10:25.
□ "hari Tuhan" Ini menunjuk pada Kedatangan Kedua. Dalam terang ayat-ayat berikut, ini juga berhubungan dengan Hari Penghakiman.
Topik Teologia -> Ibr 10:21
Topik Teologia: Ibr 10:21 - -- Yesus Kristus
Kristus dalam Perjanjian Lama
Kristus dalam Paralel
Jabatan yang Diparalelkan dengan Kristus
Imam
...
- Yesus Kristus
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Yesus adalah Imam Besar
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Keyakinan pada Allah
- Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
- Keyakinan kepada Allah Membawa Kita untuk Memasuki Hadirat-Nya
- Gereja
- Rumah Allah
- Orang Kristen Berusaha Berdiri Teguh Melawan Kejahatan dan Dosa
TFTWMS -> Ibr 10:21-22; Ibr 10:19-22
TFTWMS: Ibr 10:21-22 - Karena Kita Mempunyai Imam Besar KARENA KITA MEMPUNYAI IMAM BESAR (Ibrani 10:21, 22)
21 Dan [karena] kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.22 Karena itu marila...
KARENA KITA MEMPUNYAI IMAM BESAR (Ibrani 10:21, 22)
21 Dan [karena] kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
"Karena" berikutnya adalah "karena kita mempunyai seorang imam besar" (ay.21). Ini adalah keyakinan seorang penyedia. Kita telah melihat hak-hak istimewa ibadah perjanjian baru; selanjutnya, penulis itu menjelaskan bagaimana imam besar kita telah memberkati kita.
"Imam besar" baru kita atas rumah Allah adalah Kristus, kepala gereja -Nya (ay.1; Efesus 1:22, 23; 1 Timotius 3:15; lihat Ibrani 3:6; 8:1). "Rumah Allah" dengan jelas mengacu kepada umat Allah sekarang ini (lihat 3:6). Kata "besar" bisa menyiratkan perbedaan dengan seluruh imamat Harun, tapi itu pasti menonjolkan kurangnya kebesaran di antara beberapa imam besar terakhir di Yerusalem sebelum kejatuhan kota itu pada 70 Masehi.
Kita diminta "menghadap" (ay. 22). Dengan dilenyapkannya tabir penghalang, kita memiliki "jaminan iman yang penuh" dalam hal kita bisa "menghadap," karena tahu bahwa doa-doa kita akan dijawab. Ini dapat dengan benar dikatakan "terus menerus menghadap."9Dengan kata lain, kehidupan pertobatan harus menjadi kewajaran bagi kita. Perkataan itu sebenarnya memerintahkan kita untuk "mengha- dap."10Kita harus mempercayai firman Allah apa adanya, mempercayai setiap janji dan mematuhi setiap perintah. Sebagaimana bangsa Israel harus menyucikan diri mereka sebelum menghampiri Allah di Sinai (Keluaran 19:10), maka hati kita juga harus dimurnikan untuk menghampiri Dia (1 Petrus 1:22, 23).
Kita melihat semangat merendah yang baik hati, dan mungkin kerendahan hati, oleh penulis itu dalam perkataannya, "Marilah kita." Ia menyamakan dirinya dengan para pembacanya ketika ia menantang, "Marilah kita maju bersama-sama."11Ini adalah yang pertama dari tiga kesempatan di mana kata kerja present tense muncul dalam ayat 22 sampai 24, yang menunjukkan tindakan atau dorongan yang berkelanjutan.
Kita "menghadap" Allah dan "takhta kasih karunia" (4:16) sama seperti imam Perjanjian Lama menghampiri kemah suci dan tempatnya yang maha ludus, tetapi dengan cara yang lebih penuh dan nyata. Kita ini sesungguhnya adalah imam yang sedang bertugas ketika kita menghampiri Allah dalam ibadah.
Selanjutnya, penulis itu menyajikan apa yang kita butuhkan untuk maju: " hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh." Tanpa ini, kita tidak bisa mulai menghampiri Allah dalam pengabdian rohani. Ungkapan ini menggambarkan hati orang yang memiliki ketulusan yang sempurna dan tanpa kemunafikan (lihat Yohanes 4:24). Kita juga harus datang dengan "hati yang diperciki" oleh darah Yesus, sehingga semua kotoran dosa kita dihapuskan. Jika hati kita menghukum kita, kita memiliki penghalang antara kita dan Allah. Namun begitu, hambatan rasa bersalah dapat diatasi dengan kemurahan hati Allah melalui Yesus, karena "Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu" (1 Yohanes 3:20). Ia mengetahui semua penyebab dosa dan semua alasan bagi kelemahan kita. Dengan pengetahuan yang lengkap ini, Ia bisa memaafkan atas dasar kasih karunia-Nya yang ditunjukkan oleh pengorbanan Anak-Nya yang luar biasa dan menakjubkan, bersama dengan syafaat berkelanjutan dari Anak (7:25).
Selain memiliki "hati yang tulus" dalam mendekati Allah, kita harus juga memiliki "tubuh yang telah dibasuh dengan air yang murni." Kita tidak bisa menghampiri Allah tanpa iman, yang harus tulus dan rajin (lihat 11:6). Iman kita harus memiliki "jaminan yang penuh," "keyakinan yang teguh dan tekun dan tak bisa digeser dalam hal imamat Kristus, dan keunggulan Perjanjian Baru atas perjanjian Lama."12
Sebagaimana orang Kristen Ibrani, kita juga telah "dibasuh" dalam darah melalui baptisan untuk menghampiri Allah (lihat Wahyu 1:5, 6; Kisah 22:16).
Penyebutan "air" ini dalam ayat 22 harus menjadi acuan kepada baptisan.13Di dalam Perjanjian Baru sangat jelas sekali bahwa baptisan, atau penyelaman, dilakukan untuk pengampunan dosa (Kisah 2:38; 22:16). Seorang komentator menulis, "Dibutuhkan upacara peresmian tertentu yang bersifat umum sebelum orang bisa mendekat."14Pentingnya darah dan air harus benar-benar ditekankan. Yohanes juga memberikan banyak perhatian kepada air dan darah (1 Yohanes 5:7, 8).
Imam yang memimpin pada Hari Pendamaian harus "membasuh tubuhnya dengan air" (Imamat 16:4). Pembasuhan baru dengan air bukanlah sekedar membasuh tubuh dari kotoran fisik; sebaliknya, pembasuhan itu dikaitkan dengan pemurnian hati nurani dalam penyelamatan kita (1 Petrus 3:21). Baptisan sering diacukan dengan istilah pembasuhan (Kisah 22:16; Efesus 5:26; Titus 3:5).15"Pemercikan" tidak memiliki hubungan langsung dengan baptisan, tetapi itu mewakili "proses perubahan hidup, mengandung kiasan bagi pertobatan dan baptisan."16Nas ini mengatakan kepada kita, "[Orang Kristen] harus berhimpun untuk menyembah hanya setelah ia memperoleh kesadaran tentang dosa yang diampuni melalui iman dalam karya penebusan Kristus, dan hanya setelah ia berpartisipasi dalam baptisan Kristen."17'Air murni" dalam ayat 22 pasti mengacu kepada dosa seseorang yang dihapuskan pada saat baptisan. Bahkan dari sudut pandang ritual Yahudi, orang yang dibaptis adalah murni. Namun begitu, air bekas penyelaman itu tidaklah cemar; tidak seperti anggapan orang Yahudi yang menganggap cemar air bekas pembasuhan.18Selanjutnya, kemurnian orang Kristen tidak bersifat sementara, tidak seperti kemurnian di bawah sistem Lewi; orang yang berada di dalam Kristus terus-menerus disucikan oleh darah-Nya (1 Yohanes 1:7).19
"Pemercikan darah" sering dikaitkan dengan pembasuhan dalam Perjanjian Lama dan karena itu memiliki penerapan simbolik bagi darah Yesus dalam Perjanjian Baru (Ibrani 9:13, 14; 11:28). Keseluruhan manusia harus dikuduskan; oleh karena itu, hati nurani (roh) dan tubuh terlibat (Yohanes 3:5). Pertama Petrus 1:2 mengaitkan "percikan," darah Yesus, ketaatan, dan karya pengudusan Roh dalam satu ayat. Itu jelas merupakan gambaran tentang bagaimana keselamatan diperoleh.
Kita harus mempercayai firman Allah apa adanya, mempercayai setiap janji dan mematuhi setiap perintah.
KESIMPULAN
Perjanjian Kristus adalah "jalan yang baru dan yang hidup" yang dengannya kita bisa masuk sorga. Oleh karena kematian-Nya dan pengantaraan-Nya, kita memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam hadirat Allah dan berdiri di hadapan Dia dengan hati nurani yang bersih dan hati yang murni. Karunia besar ini adalah dasar iman kita dan motivasi bagi pelayanan tulus kita kepada Allah.
TFTWMS: Ibr 10:19-22 - Pondasi Bagi Agama Kristen Pondasi Bagi Agama Kristen (Ibrani 10:19-22)
Dengan nas ini, kita memulai bagian kitab Ibrani yang bisa disebut "Mari kita bersiap menyembah.&qu...
Pondasi Bagi Agama Kristen (Ibrani 10:19-22)
Dengan nas ini, kita memulai bagian kitab Ibrani yang bisa disebut "Mari kita bersiap menyembah."1Seorang komentator menjudulkan pembahasannya tentang 10:19-12:29 "Seruan Kepada Ibadah, Iman Dan Ketekunan."2Sebagian besar instruksi tentang doktrin dalam kitab Ibrani sekarang sudah berakhir, diikuti oleh nasihat praktis untuk perjalanan iman. Perjanjian Baru selalu mengaitkan perbuatan dengan doktrin. Doktrin tidak dapat berdiri sendiri; harus ada kesediaan untuk memenuhi tuntutan ajaran Kristus bagi hidup kita sendiri. Bagian teguran (peringatan) ini didasarkan pada kemujaraban darah Yesus (9:11-28) dan kuasa permanen korban Kristus (10:1-18).3
Teks Yunaninya merupakan kalimat yang panjang, berkelanjutan, dimulai pada ayat 19 dan berlanjut hingga ayat 25. Ayat 19 dibuka dengan kata "Jadi," kata yang kuat yang biasanya menunjukkan bagian yang baru, seperti dalam 4:14; 9:1, 23. Itu adalah "transisi dari suatu pernyataan kepada himbauan."4Tiga kali, ayat 19 sampai 21 berisi gagasan "karena." Gagasan itu adalah khusus dalam ayat 19 dan 21, sementara dalam ayat 20 gagasan itu tersirat. Pokok pikirannya adalah bahwa "jalan yang baru dan yang hidup" telah datang kepada kita—dan "karena" ini benar, maka kita harus melakukan sesuatu terhadap jalan itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang...
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
- (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Full Life: Ibrani (Garis Besar) Garis Besar
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18)
...
Garis Besar
- I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18) - A. Dalam Penyataan
(Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
kepada Manusia - 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
(Ibr 1:1-3) - 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
(Ibr 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian
(Ibr 2:1-4) - 3. Lebih Unggul dari Musa
(Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
(Ibr 3:7-19) - 4. Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13) - B. Dalam Renungan
(Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi - 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
(Ibr 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
(Ibr 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan
(Ibr 6:4-20) - 2. Lebih Unggul Watak-Nya
(Ibr 7:26-28) - 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
(Ibr 8:1-10:18) - a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
(Ibr 8:1-5) - b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
(Ibr 8:6-13) - c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
(Ibr 9:1-22) - d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
(Ibr 9:23-10:18) - II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
(Ibr 10:19-13:17) - A. Dalam Bidang Keselamatan
(Ibr 10:19-38) - B. Dalam Bidang Iman
(Ibr 10:39-11:40) - 1. Sifat-Sifat Iman
(Ibr 10:39-11:3) - 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
(Ibr 11:4-38) - 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
(Ibr 11:39-40) - C. Dalam Bidang Ketabahan
(Ibr 12:1-13) - D. Dalam Bidang Kekudusan
(Ibr 12:14-13:17) - 1. Pengutamaan Kekudusan
(Ibr 12:14-29) - 2. Pelaksanaan Kekudusan
(Ibr 13:1-17) - Penutup
(Ibr 13:18-25)
Matthew Henry: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang memper...
- Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
- I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang mempertanyakannya, yaitu orang-orang yang merasa pandangan mereka terganggu karena tidak sanggup menahan terang yang terpancar dari surat tersebut, atau orang-orang yang merasa bahwa pernyataan-pernyataan mereka yang salah terbukti dapat dibantah oleh surat ini. Termasuk di dalamnya orang-orang seperti para pengikut Arianisme (diajarkan oleh Arius pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat – pen.), yang menyangkal keilahian dan keberadaan Kristus oleh diri-Nya sendiri, dan juga kaum pengikut Socinianisme (diajarkan oleh Faustus Socinus pada abad kelima belas dan keenam belas untuk menyerang pengajaran Trinitas – pen.) yang menyangkal karya penebusan dosa oleh Kristus. Namun, bagaimanapun juga, sekalipun adanya upaya-upaya orang-orang seperti itu untuk meremehkan surat kerasulan ini, sumber keilahian dari surat ini tetap saja memancarkan cahaya yang berkas-berkas sinarnya demikian kuat dan terang sehingga dengan membaca sepintas saja orang dapat memahami bahwa surat ini merupakan bagian dari kanon kitab suci. Keilahian dari isi surat, keagungan gaya penulisan, kemuliaan rancangannya, keserasian isi surat ini dengan bagian-bagian lain kitab suci, dan penerimaan umum dari jemaat-jemaat Allah di segala abad, semua ini membuktikan adanya otoritas ilahi di dalam surat ini.
- II. Mengenai siapa yang menyalin atau menulis surat ini, kita tidak begitu pasti. Surat ini tidak mencantumkan nama siapa pun di bagian depannya, sebagaimana biasanya di dalam surat-surat kerasulan lainnya, dan ada perbedaan pendapat di antara para cendekiawan Alkitab mengenai siapa yang dapat dianggap sebagai penulisnya. Beberapa orang menunjuk kepada Clemens dari Roma, yang lain menunjuk kepada Lukas, dan banyak juga yang menunjuk kepada Barnabas, mengingat bahwa gaya dan cara pengungkapannya sangat cocok dengan temperamen Barnabas yang penuh semangat, meyakinkan, dan penuh kasih sayang, seperti yang dicatat mengenai dirinya di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selain itu, ada seorang bapa gereja di zaman dulu yang mengutip suatu pernyataan dari surat kerasulan ini dan menyebutnya sebagai kata-kata Barnabas. Namun, secara umum banyak yang menunjuk kepada Rasul Paulus sebagai penulis surat ini, dan beberapa salinan naskah dan terjemahan yang muncul kemudian memang mencantumkan nama Paulus pada bagian judulnya. Di zaman gereja mula-mula, pada umumnya yang dianggap sebagai penulis surat ini adalah Rasul Paulus, mengingat akan gaya penulisan dan ruang lingkupnya yang sangat cocok dengan semangatnya, yang berpikiran jernih dan berhati hangat, yang tujuan dan upaya utamanya adalah untuk memuliakan Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa Rasul Petrus merujuk kepada surat kerasulan ini, dan membuktikan bahwa Paulus adalah penulis surat ini, dengan memberitahukan kepada orang-orang Ibrani di dalam suratnya kepada mereka, bahwa Paulus pernah juga menulis kepada mereka (2Ptr. 3:15). Kita membaca bahwa tidak ada lagi surat kerasulan lain yang pernah Paulus tulis kepada mereka selain surat ini. Banyak pihak yang merasa keberatan mengenai hal ini, karena biasanya Rasul Paulus selalu mencantumkan namanya di dalam semua surat kerasulannya yang lain, jadi tentunya dia tidak akan menghilangkannya di dalam surat ini. Namun, ada pihak-pihak lain yang menjawab keberatan itu dengan baik, dan menyatakan bahwa karena Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, maka akan sangat bijaksana untuk menyembunyikan namanya, supaya jangan sampai prasangka mereka kepada Rasul Paulus akan membuat mereka enggan membacanya dan tidak mau mempertimbangkan isi surat itu sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan.
- III. Mengenai ruang lingkup dan rancangan surat kerasulan ini, sangat jelas bahwa surat ini memberitahukan dengan terus terang pemikiran-pemikiran, dan dengan yakin menegaskan pertimbangannya kepada orang-orang Ibrani mengenai keunggulan luar biasa dari Injil di atas hukum Taurat. Dan selanjutnya, untuk membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban upacara hukum Taurat yang begitu menambat hati mereka, dan yang begitu mereka sukai dan bahkan sayangi. Orang-orang Ibrani yang telah menjadi Kristen ternyata masih menyimpan terlampau banyak ragi lama, dan mereka perlu dibersihkan dari ragi itu. Rancangan surat kerasulan ini adalah untuk mengajak dan mendesak orang-orang Ibrani yang sudah mengaku percaya supaya tetap melekat erat kepada iman Kristen, dan tetap bertekun di dalamnya, walaupun harus menghadapi banyak penderitaan ketika menjalankan kebenaran itu. Untuk mencapai maksud itu, Rasul Paulus banyak berbicara tentang keunggulan Sang Pengarang Injil ini, yakni Yesus yang Mulia, yang kemuliaan-Nya dia tinggikan, dan dia utamakan melebihi siapa pun, dengan menunjukkan bahwa Dia menjadi segalanya, dan hal ini dilakukan dengan gaya penulisan yang menakjubkan dalam bahasa indah yang kudus. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang sulit dimengerti di dalam surat kerasulan ini, namun kemanisan yang akan kita temukan di dalamnya akan membuat kita memperoleh ganti rugi yang berlimpah-limpah atas semua usaha yang kita lakukan untuk memahaminya. Dan sesungguhnya, jika kita membandingkan semua surat kerasulan di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan dapat menemukan surat lain yang lebih dilengkapi dengan pokok-pokok yang bersifat ilahi dan sorgawi dibandingkan dengan surat kepada orang-orang Ibrani ini.
Jerusalem: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada n...
SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada naskah- naskah tertua, dari abad-kedua. Dewasa itu jang dinamakan orang Ibrani umumnja orang Jahudi jang menetap di Palestina untuk membedakan mereka dari orang Jahudi jang hidup dalam pertebaran diperasingan dan berbahasa serta berkebudajaan Junani. Dan memang, dalam membatja surat ini kita mendapat kesan-kesan bahwa ia. ditudjukan kepada orang-orang, golongan-golongan atau umat-umat serani bangsa Jahudi, jang hidup ditengah-tengah orang Junani kolot jang fanatik, misalnja di Jerusalem dan Judea. Terang pula, bahwa orang-orang jang dimaksudkan sebagai pembatja langsung, ialah orang-orang agak tjerdas dan mahir sekali dalam kitab Kudus, seperti ahli-ahli taurat atau bekas imam-imam, jang barangkali djuga berfungsi pemimpin dalam umat-umat atau merupakan golongan besar dan terkemuka dalam umat-umat. Mengenai imam-imam misalnja kita ketahui dari Kis. Ras. 6:7 bahwa sudah pada permulaan "banjak sekali" imam-imam bertobat. Ada ahli-ahli jang mengira-ngirakan djumlah mereka beratusan malah lebih dari seribu.
Dari surat terang pula, bahwa orang-orang jang ditudjui surat, hidup dalam banjak sengsara dan kesukaran-kesukaran berat karena agamanja, sehingga ada jang hampir putus asa. Mereka sudah lama serani (5:12) dan telah bertahan dalam penganiajaan-penganiajaan jang hebat (10:32-54). Pengadjar-pengadjar dan pemimpin-pemimpin mereka sudah banjak jang dibunuh. Tentang Jakobus, pemimpin (uskup) umat Jerusalem kita tahu bahwa ia dibunuh oleh pemberontak-pemberontak dalam tahun 62. Umat Jerusalem terpaksa mengungsi, hidup bertebaran diperasingan, tanpa penghidupan jang wadjar, dan djuga disana dihinakan dan dianiaja oleh orang-orang Jahudi kolot. Waktu pemberontakan di Jerusalem, mendjelang dan pada awal perang Jahudi-Roma umat disitu diumpat sebagai murtad dan pengchianat lagi dikedjar, sehingga mereka melarikan diri sampai keseberang Jordan. Dan menurut dugaan kira-kira waktu itu (antara 60 dan 70) surat ini ditulis.
Nasib umat-umat tersebut memang berat sekali dan kita mengerti bahwa itu mendjadi alasan untuk banjak penggodaan jang hebat, sebab djalan keluar ada, dan gampang sekali djuga, jaitu berbalik kepada agama jang lama. Rupanja ada jang sudah kehilangan semangat dan mulai mendjauhkan diri dari umat dan tidak hadir lagi pada ibadat umum. Lih. 6:11-13; 12:25; 5:11-14; 10:32-39. Kita berkesan lagi, bahwa ada, dan hal ini kita mudah mengerti kalau memang bagian besar dari umat terdiri dari bekas imam dari orang-orang bangsa Levi, jang sangat merasa tertarik kepada perajaan-perajaan ibadat jang gemilang dan meriah di Kenisah Jerusalem, dan masih terlalu tinggi menilaikan ibadat itu. Dan bahwa bahaja murtad bukan chajalan, tjukup terang dari 3:12-15; 12:25 dan 10:23-31.
Dari beberapa tjoretan diatas sudah djelas apakah maksud dan tudjuan surat ini. Penulis hendak mengingatkan dan menginsjafkan pembatja-pembatjanja akan keagungan Kristus dan nilai-nilai abadi Indjil, jang djauh melebihi tokoh-tokoh besar dari Perdjandjian Lama dan hukum taurat dengan segala upatjara ibadatnja jang sebenarnja hanja bajangan dari ibadat abadi Perdjandjian Baru. Ia menundjukkan pula, betapa buruk nasib mereka, kalau mereka murtad dari Kristus jang satu-satunja penjelamat, dan sebagai Imam agung disurga tahu dan turut merasa. sengsara mereka, dan dengan tak hentinja mempersembahkan darahnja kepada Allah BapaNja, supaja mereka bertekun dan achirnja mentjapai keselamatan mulia jang tersedia bagi mereka dalam Rumah-Allah jang abadi.
Siapa pengarang surat ini
Digeredja Timur dari semula tidak ada kesangsian, bahwa surat ini berasal dari Rasul Paulus. Tetapi menilik perbedaan bahasa dan seluruh bentuk surat ini dengan surat-surat Paulus jang lain, dewasa itu sudah ada penafsir jang menerangkan bahwa isi berasal dari Paulus, tetapi bentuk dikerdjakan oleh seorang pengarang jang lain, Digeredja Barat sampai abad keempat surat ini tidak dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus, sebab tidak terang siapa pengarangnja. Mengenai isi ada banjak kesamaan surat ini dengan surat-surat Paulus (jang lain). Terdapat djuga tjukup banjak istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan jang sama. Mengenai isi bandingkanlah misalnja Ibr. 1:1-14; dengan 11 Kor. 4:4; Kol. 1:15-16; 2:10; 3:1; Ef. 1:20-21. Kesamaan jang demikian ada lebih banjak lagi.
Jang serba baru dan belum pemah ditemukan dalam karangan-karangan Kitab Kudus jang lain, belum pernah djuga disentuh oleh Paulus dalam surat-suratnja, ialah gagasan utama surat irii jang mendjadi dasar hampir segala uraiannja, ialah bahwa Kristus adalah Imam Agung kita jang abadi, dan djuga berfungsi sebagai Imam Agung bagi kita dalam kemuliaannja disurga. Tetapi bahwa pandarigan ini tidak terdapat dalam surat-surat Paulus (jang lain), belum merupakan bukti bahwa Paulus tidak kenal akan adjaran ini, atau tak mungkin adjaran itu dalam surat ini berasal dari padanja. Tetapi mengenai hal bentuk dan bahasanja surat ini, harus dikatakan, bahwa susuannja, tatabahasa jang rapi dan elok, pemilihan kata-kata dan gaja bahasa, tidak tjotjok dengan bakat dan watak Paulus jang kita kenal. Dan sebab bentuk suatu karangan jang bermutu sastra tinggi seperti surat ini tidak dapat dipisahkan dari isi, isipun tidak mungkin datang langsung dari Paulus, dan sudah lama mendjadi darah-daging penulis. Mungkin pengarang adalah seorang murid dan kemudian pembantu Paulus, jang telah mengasimilasikan (mentjernakan) adjaran-adjaran Paulus dengan sepenuh-penuhnja. Mungkin pula bahwa gagasan-gagasan dan bahan-bahan berasal dari penulis, tetapi dibitjarakan dengan pandjang lebar dengan Paulus, lalu Paulus .setudju dan menjuruh mengolah surat ini. Ada dugaan-dugaan lain lagi, jang mentjoba menerangkan bagaimana mungkin Paulus mempunjai bagian utama dalam mengerdjakan karya ini. Tetapi bagaimanapun djuga, persoalan-persoalan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, jang membatja surat ini untuk mengetahui, mengerti dan melaksanakan adjaran-adjaran jang disampaikan Allah dalam wahjunja kepada kita. Dan siapapun pengarang surat ini sebetulnja, kita tahu bahwa ia menulis dengan ilham Roh Kudus dan itu tjukup bagi kita.
Metodos pengarang
Sebab surat ini ditulis bagi orang-orang lbrani jang tulen, sudah sewadjarnja pengarang mendasarkan uraian-uraiannja pada dunia pemikiran mereka, jang masih berakar dalam-dalam dihati sanubarinja, dan sebagian mendjadi pokok kerusuhan pikiran-pikiran dan perasaan mereka djuga. Dunia pemikiran itu ialah dunia Perdjandjian Lama. Sebab itu tjara mejakinkan dan mengasjikkan para pembatjanja, ialah menundjukkan bagaimana dari pernjataan wahju Allah -- dalam Perdjandjian Lama terang sekali, bahwa Kristus satu-satunja Penjelamat, dan IndjilNja benar- benar landjutan dan penjelesaian jang sempurna dari Perdjandjian Lama. Dewasa itu sudah umum pandangan dalam umat-umat bahwa Perdjandjian Lama bernilai tinggi, djuga dalam arti, bahwa ia memperkenalkan Kristus dan KeradjaanNja. Dan itu bukan sadja dengan nubuat-nubuat jang langsung, melainkan djuga dalam arti bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa Perdjandjian Lama dimaksudhan sebagai lambang-lambang, untuk mendjelashan dan memperdalam pengertian akan peristiwa- peristiwa, dan adjaran-adjaran Indjil. Seluruh Perdjandjian Lama dianggap sebagai bersifat atau mengandung nubuat-nubuat untuk Keradjaan Allah jang baru.
Tertindjau dari sudut itu pula penulis menundjukkan bagaimana keunggulan Kristus dan agamanja, sebagai bernilai mutlak, telah diwahjukan oleh Allah dalam Perdjandjian Lama, lagi bagaimana ketaatan kepada Kristus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai keselamatan abadi.
Dalam mengutip dan menafsirkan Kitab Kudus penulis ini lebih teliti dari Paulus, ]ang memang dengan insjaf menggunakan unsur Kitab Kudus lebih bebas. Penulis surat ini menggunakan teks Septuaginta.
Isi surat
Isi surat ini terdiri dari dua atjara pokok jang terdjalin satu dengan jang lain dan bersisipkan peringatan-peringatan, adjakan-adjakan dan andjuran- andjuran untuk praktek hidup.
Atjara pertama ialah: Hidup umat Allah jang baru adalah terlambang dalam perdjalanan umat Israel dari Mesir ketanah jang didjandjikan kepada mereka; dan atjara kedua: Kristus adalah Imam Agung abadi bagi kita.
Hagelberg: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. M...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. Misalnya, di Mesir, kota-kota pantai Afrika bagian utara, Propinsi Asia Kecil, Italia, dan di pantai Eropa bagian selatan. Pada zaman dahulu orang-orang Yahudi sering ditindas dan dianiaya. Di dalam KPR 2:9-11 ada beberapa tempat yang disebut di mana ada orang-orang Yahudi. Waktu Rasul Paulus membuka jemaat di tempat yang belum pernah diinjili, dia mulai dengan menginjili orang-orang Yahudi di tempat itu, baru kemudian melanjutkan pelayanan dengan orang-orang bukan Yahudi.
Penerima Surat Ibrani
Surat ini dikirim kepada jemaat Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Mesias mereka, yaitu Tuhan Yesus. Jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Yahudi, karena hal-hal yang dibicarakan sudah biasa untuk orang-orang yang terbiasa dengan tema-tema dari Perjanjian Lama. Jelas juga bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang percaya karena si penulis selalu beranggapan bahwa pembacanya adalah orang-orang percaya, saudara-saudara seiman. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya:
2:1-3 supaya kita jangan hanyut dibawa arus
3:1 hai saudara-saudara yang kudus
5:11-14 sudah seharusnya menjadi pengajar
6:4-5 diterangi hatinya... mengecap karunia sorgawi... pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus...
6:10 pekerjaanmu dan kasihmu... yang masih kamu lakukan sampai sekarang
6:19 sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan...
10:19 oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
10:32 sesudah kamu menerima terang...
10:35 janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu...
10:36 memerlukan ketekunan
12:1 perlombaan yang diwajibkan bagi kita
13:1 kasih persaudaraan
13:15-16 korban syukuran... dan... bantuan
13:17 pemimpin-pemimpinmu... berjaga atas jiwamu...
Nats-nats ini membuktikan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya untuk menguatkan mereka, dan bukan untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, karena perkataan-perkataan ini tidaklah sesuai kalau ditujukan kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Para pembaca pertamanya adalah orang-orang percaya, dan menurut pasal 10:32-34 dan 12:4 mereka pernah dianiaya karena iman mereka. Menurut pasal 5:11-14 diperkirakan mereka sudah agak mundur dalam iman mereka. Rupanya mereka digodai untuk meninggalkan iman mereka. Mungkin ada orang-orang di antara mereka yang berpikir bahwa mereka lebih baik kembali mengikuti agama Yahudi saja, karena lebih aman. Rupanya penulis surat ini terdorong untuk menulis kepada mereka karena keadaan rohani mereka, yaitu walaupun sudah percaya, tetapi mereka juga kemunduran, dan mau memperingatkan mereka supaya mereka tidak terlalu jauh mengalami kemunduran.
Pada masa kini terdapat banyak kesamaan antara penerima asali dari surat ini dengan mereka yang pindah dari agama suku mereka dan masuk agama Kristen. Sama seperti orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, mereka didesak untuk kembali pada agama yang dulu pernah mereka anut.
Penulis Surat Ibrani
Identitas si penulis tidak diketahui, tetapi hampir semua tokoh gereja zaman itu sudah disebut-sebut sebagai penulisnya oleh sarjana-sarjana Alkitab. Origen pernah mengatakan bahwa Allah sajalah yang tahu identitas penulis Surat Ibrani. Ada kesan berdasarkan pasal 13:23-24 bahwa penulis sudah sangat mengenal mereka.
Tanggal Penulisan Surat Ibrani
Kemungkinan besar surat ini ditulis sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat ini:
8:4 ...di sini ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat
8:13 perjanjian yang telah menjadi tua... telah dekat kepada kemusnahannya
9:6-9 masa sekarang... dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan...
10:1-3 korban... yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan...
Kalau ayat-ayat tersebut direnungkan, maka tanggal penulisan sesudah Bait Allah dimusnahkan dan kegiatan-kegiatan di sana ditiadakan sulit untuk dapat diterima.
Tafsiran Surat Ibrani
Walaupun ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan-kesulitan tafsiran Surat Ibrani, tetapi dalam bahasan ini penulis menawarkan pengertian yang diperolehnya dari Zane Hodges.
Hagelberg: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR
ibrani
I. Pendahuluan (1:1-4)
II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
A. Raja/An...
GARIS BESAR
ibrani
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
- A. Raja/Anak Allah Disanjung (1:5-14)
- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
- C. Raja/AnakAllah sebagai Perintis yang Sempurna (2:5-18)
- 1. Dialah Perintis bagi manusia yang lain (2:5-9)
- 2. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain (2:10-18)
- D. Peringatan Kedua (pasal 3-4)
- III. Bagian Kedua: Anak Allah adalah Imam Besar dari Allah (pasal 5-10)
- A. Pendahuluan: Imam yang memenuhi persyaratan (5:1-10)
- B. Peringatan Ketiga (5:11-6:20)
- 1. Masalah Ketidak dewasaan (5:11-14)
- 2. Jalan keluarnya (6:1-3)
- 3. Kalau tidak maju.... (6:4-8)
- 4. Dorongan semangat sebagai kata akhir pada peringatan (6:9-20)
- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
- 1. Imam yang lebih baik (pasal 7)
- a. Bobotnya Melkisedek (7:1-10)
- b. Imamat yang lama diganti dengan imamat yang baru (7:11-19)
- c. Imam yang baru lebih baik dari imam yang lama (7:20-28)
- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11-12)
- A. Kehidupan Iman (pasal 11)
- 1. Pendahuluan (11:1-3)
- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
- 3. Pengalaman Kehidupan Iman yang bermacam-macam (11:17-40)
- B. Peringatan Terakhir (pasal 12)
- V. Penutup (pasal 13)
Hagelberg: Ibrani DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, ...
DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, 1982.
Hodges, Zane, "Hebrews," hal. 777-813 dalam The Bible Knowledge Commentary, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, red., Victor Books, Wheaton, hak cipta 1983. (Hampir semua dari bahan ini merupakan terjemahan atau sintesis dari karya Zane Hodges. Ijin sudah diperoleh.)
Mauro, Philip, God's Pilgrims: Help from Hebrews, Christian Publications, Harrisburg, dicetak 1969.
Ryrie, Charles, The Ryrie Study Bible, Moody Press, Chicago, hak cipta 1978.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Ibrani 9:16-10:39
Dengan mempelajari bagian ini, kita akan menyimpulkan bagian doktrin kitab Ibrani. Sepuluh pasal ini telah diisi deng...
Ringkasan Ibrani 9:16-10:39
Dengan mempelajari bagian ini, kita akan menyimpulkan bagian doktrin kitab Ibrani. Sepuluh pasal ini telah diisi dengan "daging" untuk orang-orang Kristen yang bergumul, bertumbuh, bukan "susu" untuk para bayi (lihat 5:12, 13; 1 Korintus 3:2). Kita harus ingat bahwa penulis itu pada dasarnya sedang menyapa orang-orang Kristen Yahudi yang memahami imamat itu tetapi mungkin memiliki kesulitan besar untuk memahami mengapa mereka harus meninggalkan kehidupan penuh korban dan perayaan yang selama ini sudah selalu mereka kenal. Ia memanggil mereka untuk memahami pelbagai tradisi ini yang diberikan Allah pada tingkatan yang lebih tinggi, sebagai tipe atau "bayangan" dari hal-hal yang nyata dan kekal dari Allah. Orang-orang Kristen yang sedang bergumul ini butuh pandangan yang jelas tentang Yesus sebagai Imam Besar sejati, yang korban-Nya "satu kali untuk selama-lamanya" (10:10) membawa pengampunan dosa yang sebenarnya dan selamanya. Selanjutnya, mereka harus mengenali Kristus sebagai pembuat wasiat, yang pada saat kematian-Nya memberlakukan wasiat dan perjanjian baru untuk hidup mereka. Penjelasan terinci yang diberikan untuk kebaikan mereka memberi kita pandangan sekilas ke dalam arti dan kemuliaan peranan Kristus sebagai Imam Besar kita dan hak istimewa yang luar biasa yang orang-orang Kristen miliki ketika mendekat kepada Allah dalam ibadah, karena dibasuh dan disucikan dalam pemandangan-Nya.
Sisa isi surat kiriman ini (10:19-13:25), berfokus pada hidup karena iman. Bagian akhir pasal 10 menawarkan dorongan besar, menggambarkan keyakinan yang orang-orang Kristen bisa miliki dengan Yesus sebagai Imam Besar kita. Dengan memberikan keyakinan ini dan hak istimewa sebagai motivasi, penulis itu mendesak orang Kristen untuk "memegang [erat]" iman itu (10:23-25).
GARIS BESAR KITAB IBRANI MERINCI 9:16-10:39
- I. Kristus Dan Pekerjaan-Nya (1:1-10:18)
- A. Kristus, Sang Anak (1:1-4:13)
- B. Jabatan Imam Besar Kristus (4:14-10:18)
- 1. Jabatan-Nya (4:14-7:28)
- 2. Pekerjaan-Nya Sebagai Imam (8:1-10:18)
- a.Keunggulan Pelayanan Kristus (8:1-13)
- b. Keunggulan Perjanjian Baru (9:1-28)
- (1) Pelajaran Dari Kemah Suci (9:1-10)
- (2) Kematian dan Penebusan Kristus (9:11-15)
- (3) Kristus Sebagai Pembuat Wasiat Perjanjian Baru (9:16-22)
- (4) Masuknya Kristus Ke Dalam Hadirat Allah (9:23-28)
- c. Keunggulan Korban Kristus (10:1-18)
- II. Hidup Karena Imam (10:19-13:25)
- A. Iman, "Cara Yang Baru Dan Hidup" (10:19-12:29)
- 1. Akses Unggul Kepada Allah (10:19-39)
- a. Menimbulkan Keyakinan (10:19-25)
- b. Peringatan: Dosa Yang Mendatangkan Maut (10:26-31)
- c. Dorongan Untuk Mengingat (10:32-39)
- 2. Iman Yang Berbuat (11:1-40)
- 3. Kuasa Iman Yang Melampaui (12:1-29)
- a. Kristus, Penyempurna Iman Kita (12:1-3)
- b. Disiplin Sebagai Anak-Anak Allah (12:4-11)
- c. Dorongan Untuk Mencari Rahmat Allah Dan Menjalani Kehidupan Karena Iman (12:12-17)
- d. Perbedaan Kemuliaan Sinai Dan Kemuliaan Sion/"Yerusalem Sorgawi" Yang Lebih Besar (12:18-24)
- e. Peringatan: Bahaya Menolak Allah (12:25-29)
- B. Nasihat Penutup (13:1-25)
Pengarang: Martel Pace
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Ibrani (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Thomas G. Long, Hebrews, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1997), 104.
2 Judul ini diberikan dalam F. F. Bruce, The E...
Catatan Akhir:
- 1 Thomas G. Long, Hebrews, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1997), 104.
- 2 Judul ini diberikan dalam F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 243.
- 3 Disadur dari Jim Girdwood and Peter Verkruyse, Hebrews, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1997), 277.
- 4 Paul Ellingworth and Eugene A. Nida, A Translator's Handbook on the Letter to the Hebrews (New York: United Bible Societies, 1983), 228.
- 5 Disadur dari Donald Guthrie, The Letter to the Hebrews: An Introduction and Commentary, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 211.
- 6 Perasaan harus dipimpin oleh iman dan bukan sebaliknya.
- 7 Neil R. Lightfoot, Jesus Christ Today: A Commentary on the Book of Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1976), 188.
- 8 Philip Edgcumbe Hughes, A Commentary on the Epistle to the Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 407. Kita tidak perlu berspekulasi, apakah benar atau tidak bawah Roh-Nya, pada kematian-Nya, benar-benar memasuki bait suci, merobek tabir itu.
- 9 James T. Draper, Jr., Hebrews, the Life That Pleases God (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1976), 269-70.
- 10 Tata bahasa Yunani di sini memiliki kekuatan pernyataan imperatif. (Girdwood and Verkruyse, 319.)
- 11 Hughes, 405.
- 12 Gareth L. Reese, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Hebrews (Moberly, Mo.: Scripture Exposition Books, 1992), 177.
- 13 F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 250-51. Moses Stuart berkata, "Bagi saya tampaknya, bahwa inilah acuan jelas penggunaan air dalam ritus inisiasi baptisan Kristen" (" (Moses Stuart, A Commentary on the Epistle to the Hebrews [London: William Tegg & Co., 1856], 467).
- 14 Guthrie, 214.
- 15 Kebanyakan komentator mendukung ini adalah acuan kepada kepada baptisan. Di antara yang ragu-ragu adalah Calvin yang merasa "air murni" itu mengacu kepada Roh Allah. Reese, 178, n. 34.
- 16 Lightfoot, 190.
- 17 Gerald F. Hawthorne, "Hebrews," in New International Bible Commentary, ed. F. F. Bruce, H. L. Ellison, and G. C. D. Howley (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1986), 1525.
- 18 Ada sebuah cerita tentang seorang rabi Yahudi yang dipenjarakan oleh Roma dan mati kehausan. Setelah membasuh di air yang diberikan kepada dia, ia menganggap air itu "cemar" dan tidak mau meminumnya.
- 19 Air itu digambarkan sebagai 'murn'' karena dalam baptisan hubungan seseorang dengan Allah dimurnikan" (Jimmy Allen, Survey of Hebrews, 2d ed. [Searcy, Ark.: By the author, 1984], 112).
- 20 "Mematuhi bentuk [tupos] ajaran" adalah sama dengan "dibaptis dalam Kristus" dan "ke dalam kematian-Nya" (Roma 6:3, 4). Ketika kita mematuhi injil, kita mengikuti bentuk pengajarannya.
Pengarang: Martel Pace
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen,
yang karena terus-menerus mengalami tek
SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah -- Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara- upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11 Ibr 11:1-40), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 (Ibr 12:1-29) ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
Isi
- Pendahuluan: Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna
Ibr 1:1-3 - Kristus lebih tinggi dari malaikat
Ibr 1:4-2:18 - Kristus lebih tinggi dari Musa dan Yosua
Ibr 3:1-4:13 - Keistimewaan pekerjaan Kristus sebagai imam
Ibr 4:14-7:28 - Keistimewaan perjanjian Kristus
Ibr 8:1-9:28 - Keistimewaan kurban Kristus
Ibr 10:1-39 - Pentingnya iman
Ibr 11:1-12:29 - Nasihat dan penutup
Ibr 13:1-25
Ajaran: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Hanya Tuhan yang tahu (kemungkinan Rasul Paulus).
Tahun : Sekitar tahun 64-68 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang percaya yang berlatar belakang Yahudi. Mereka sedang mengalami penganiayaan dan ejekan karena iman Kristen. (Dan juga kepada semua jemaat Kristen di dunia).
Isi Kitab: Kitab Ibrani terbagi atas 13 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran penguatan iman Kristen bagi orang-orang yang sudah mulai mundur dari imannya, yang disebabkan oleh penganiayaan dari orang-orang yang bukan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ibrani
Pasal 1-6 (Ibr 1:1-6:12).
Pengajaran tentang Yesus yang memiliki kedudukan tertinggi
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa semua yang mau kita ketahui tentang Allah dapat diketahui melalui Tuhan Yesus, karena Ia adalah Cahaya Kemuliaan Allah, Penyuci dosa. Ia adalah Pencipta, dan juga lebih tinggi dari para malaikat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 1:2-4. Kalau Yesus lebih tinggi dari pada para malaikat dan Ia adalah Pencipta, penyuci dosa, maka hendaknya setiap orang Kristen berhati- hati dalam kehidupannya sehari-hari, karena Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima Penebusnya.
- Bacalah pasal Ibr 5:11-14; 6:4-6. Berikanlah pendapat saudara mengenai bagian ini.
Pasal 6-10 (Ibr 6:13-10:18).
Pengajaran tentang Yesus sebagai imam besar yang paling berkuasa
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus adalah Jalan ke tempat kudus, karena Ia telah membebaskan orang percaya dari Iblis dan maut serta ketakutan dari hukuman dosa.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 7:25-27. _Tanyakan_: Apakah yang sanggup dilakukan oleh Yesus dalam hidup saudara? Adakah imam yang memenuhi syarat dalam ayat 26; Ibr 7:26, selain Tuhan Yesus? Apakah yang membedakan Tuhan Yesus dari imam-imam yang lain? Siapakah imam saudara untuk dapat datang kepada Allah?
- Bacalah pasal Ibr 10:3-4,11-18. _Tanyakan_: Apakah darah hewan (domba) dapat menebus dosa manusia? Domba apakah yang menjadi korban orang Kristen? Apakah persembahan korban yang dilakukan oleh imam-imam dunia dapat menghapuskan dosa? Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi orang Kristen (manusia)? (lihat ayat 12-18; Ibr 10:12-18)
Pasal 10-13 (Ibr 10:19-13:25).
Pengajaran yang berupa nasehat bagi orang-orang Kristen
- Peringatan untuk mengingat masa yang lalu.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 10:13-39. Karena itu tetaplah setia, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.
- Peringatan untuk mengingat Bapa-bapa beriman pada jaman dahulu.
Pendalaman
Bacalah pasal 11; Ibr 11:1-40. Dengan mengingat Bapa-bapa beriman, diharapkan agar setiap orang Kristen dikuatkan, karena hal itu membuktikan bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar.
- Peringatan untuk mengingat pengharapan iman.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 12:28; 13:5. Karena ada janji yang pasti dari Allah akan jaminan masa yang akan datang dan sekarang, maka hendaknya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita jangan mundur.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ibrani?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Ibrani?
- Apakah yang dimaksudkan dengan iman?
- Apakah kelebihan Tuhan Yesus dari manusia lain?
Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diak
Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?
Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diakhiri dengan salam hangat, tetapi tidak terdapat alamat pada awal tulisan! Secara umum orang berpendapat bahwa Paulus yang menulis surat ini, tetapi Ibrani 2:3 mengatakan bahwa penulis mendengar Injil dari orang lain yang mendengar sendiri ajaran Yesus. Paulus menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak pernah mendengar Injil dari orang lain (Gal 1:12). Penulisnya boleh jadi orang Lewi yang bernama Barnabas (Kis 4:36) yang mengetahui seluk beluk para imam dan pekerjaan mereka. Lukas merupakan kemungkinan ketiga; gaya penulisan Ibrani mirip dengan gaya penulisan Injil Lukas dan Kisah para Rasul. Yang keempat, Apolos mengenal Timotius dengan baik (13:23). Pula, Kisah 18:24 menyatakan bahwa Apolos adalah 'seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci'. Siapa pun penulis Ibrani, ia pasti seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci! Dan masih ada banyak pendapat lain. Pada akhirnya kita harus mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui siapa penulis surat ini!
SIAPA PENERIMA SURAT INI?
Karena tidak ada alamat pada surat ini, maka kita tidak tahu siapa penerimanya. Penulis menyatakan suratnya sebagai 'nasihat' (13:22). Tetapi, siapa yang ia nasihati? Mereka adalah orang-orang yang telah dianiaya (Ibr 10:32-34 ). Penulis mengenal mereka secara pribadi dan berharap untuk segera mengunjungi mereka (13:19 dan 23). Mereka mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi tidak mengalami kemajuan (5:12). Mereka adalah orang-orang berbahasa Yunani; surat ini ditulis mungkin dalam bahasa Yunani terbaik dari seluruh Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan mereka bukanlah orang Yahudi yang tinggal di Yudea. Tetapi, sama pasti pula mereka adalah orang Yahudi. Orang bukan Yahudi tidak mungkin dapat mengerti hukum Yahudi secara rinci. Mereka mungkin hidup di Roma. Hal ini dapat menjelaskan salam yang terdapat dalam 13:24 dari orang Kristen Italia.
MENGAPA SURAT IBRANI DITULIS?
Ada dua kemungkinan. Jika kelompok penerima surat ini adalah Kristen, surat ini merupakan peringatan bagi mereka tentang bahaya kemurtadan, meninggalkan Kristus. Tetapi, mungkin kelompok ini adalah orang Yahudi yang masih belum dapat memutuskan, merasa ragu-ragu antara keputusan mengikuti Kristus atau kembali kepada cara-cara ibadat mereka yang lama.
WAKTU PENULISAN.
Clemen dari Roma mengetahui surat ini, maka surat ini pasti ditulis sebelum tahun 95 M. Dan karena Ibr 10:1-3 menyatakan bahwa korban masih dipersembahkan, maka mungkin surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, ketika Bait Suci dihancurkan. Jika penganiayaan yang disebut dalam pasal 10 dilakukan oleh Nero, maka surat ini ditulis sesudah kebakaran di Roma, yaitu tahun 64 M.
Pesan
1. Nasihat.
Ibrani merupakan suatu imbauan yang mengingatkan bahwa kita harus maju terus, bertumbuh dan menjadi dewasa. Kristen selalu tergoda untuk bertahan dalam suatu titik, untuk memperkuat diri dan tidak berani menanggung risiko untuk lebih maju dalam kehidupan iman.
2. Peringatan.
Nasihat untuk maju terus selalu diikuti dengan suatu peringatan akan adanya akibat yang serius apabila tetap berdiam diri atau mundur. Khususnya perhatikan lima pasal yang berisi peringatan:
o Berpegang teguh! Ibr 3:7-19
o Tidak ada mundur! Ibr 6:1-20
o Tidak ada korban lain! Ibr 10:19-39
o Tidak bisa luput! Ibr 12:25-29
3. Perbandingan.
Penulis ingin sekali menunjukkan kepada kita nilai Perjanjian Lama untuk dapat memahami Perjanjian Baru. Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengabaikan Perjanjian Lama. Ibrani menunjukkan kepada kita kesinambungan dan perbedaan antara kedua perjanjian tersebut.
4. Sebuah kemah dan bukan Bait Allah.
Walaupun Bait Suci di Yerusalem hampir dapat dipastikan masih berdiri, penulis di sini memakai istilah kemah, seperti digambarkan dalam Keluaran 25:1-27:21, sebagai gambaran penyembahan yang murni yang darinya dapat dipakai untuk memberikan gambaran penyembahan Kristen. Kemah sangat cocok untuk mereka yang berpindah-pindah, Bait Allah cocok untuk orang yang menetap. Ibrani menantang pola kehidupan kita yang menetap dan nyaman dengan corak kehidupan musafir sebagai gantinya (Ibr 11:16).
Penerapan
Ibrani memunculkan pertanyaan tentang jaminan keselamatan Kristen. Dapatkah Kristen diselamatkan hari ini dan terhilang di kemudian hari? Ayat-ayat seperti Yohanes 10:29 tampaknya mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Namun demikian, kita sering menemukan orang-orang yang dahulu tampaknya Kristen, tetapi sekarang menyangkal Kristus. Pasal-pasal peringatan dalam Ibrani seolah-olah menyarankan bahwa orang Kristen masih tetap bebas untuk kembali kepada cara hidup mereka yang lama: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:14). "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya... tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat..." (Ibr 6:4-6). "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman" (Ibr 10:26-27). Jika surat ini dikirim kepada orang Yahudi yang telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen, tetapi tidak mau menyerahkan diri mereka kepada Kristus, maka pengajarannya jelas: terus atau tinggalkan! Tetapi, jika surat ini ditulis kepada orang Kristen, surat ini tampaknya menegaskan bahwa sekalipun telah menjadi Kristen kita tetap diberi kesempatan untuk memilih keluar lagi. Yang terakhir ini sukar diterima sebagai ajaran Ibrani, sebab bertentangan dengan kata-kata Yesus sendiri (seperti dalam Yoh 10:29), berlawanan dengan berbagai analogi keselamatan (dapatkah seorang Kristen dibatalkan kelahiran kembalinya?) dan menentang kuasa Tuhan yang mampu menjaga keselamatan domba-domba-Nya.
Oleh karenanya, ajaran Ibrani adalah:
o Tidak ada kekristenan yang setengah-setengah. Terus atau keluar!o Iman selalu menjadi kunci dari kehidupan yang dituntut oleh Allah.
Bagaimanapun juga, iman bukanlah semata-mata percaya tentang sesuatu, tetapi
merupakan perbuatan ketaatan.
o Perjanjian Lama dapat secara sah digunakan untuk menjelaskan ajaran
Perjanjian Baru. Seluruh isi Alkitab adalah firman Allah.
Tema-tema Kunci
1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.
2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?
3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?
4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?
Garis Besar Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) [1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14Suatu perbedaan
Ibr 2:1-4Suatu peringatan
Ibr 2:5-18Kerendahan hati
[1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14 | Suatu perbedaan |
Ibr 2:1-4 | Suatu peringatan |
Ibr 2:5-18 | Kerendahan hati Putra Allah |
[2] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA MUSA Ibr 3:1-19
Ibr 3:1-6 | Putra Allah dan hamba |
Ibr 3:7-19 | Peringatan |
[3] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA YOSUA Ibr 4:1-13
[4] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA IMAM BESAR Ibr 4:14-10:39
Ibr 4:14-5:14 | Lebih tinggi daripada Harun |
Ibr 6:1-20 | Peringatan dan imbauan |
Lebih tinggi daripada Melkisedek:
Ibr 7:1-10 | Kebesaran Melkisedek |
Ibr 7:11-19 | Keimaman yang baru |
Ibr 7:20-25 | Keimaman yang tetap |
Ibr 7:26-28 | Putra Allah yang sempurna |
Ibr 8:1-13 | Perjanjian yang unggul |
Pengorbanan yang terbaik:
Ibr 9:1-10 | Keterbatasan yang lama |
Ibr 9:11-28 | Kesempurnaan yang baru |
Ibr 10:1-18 | Tubuh Kristus |
Ibr 10:19-39 | Imbauan dan peringatan |
[5] KEHIDUPAN IMAN Ibr 11:1-13:17
Ibr 11:1-3 | Definisi iman |
Ibr 11:4-22 | Dari Habel sampai Keluaran |
Ibr 11:23-31 | Dari Mesir sampai Kanaan |
Ibr 11:32-38 | Hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi |
Ibr 11:39-40 | Hari depan yang lebih baik |
Ibr 12:1-2 | Contoh: lihat pada Yesus |
Ibr 12:3-11 | Hidup sebagai keluarga Allah |
Ibr 12:25-29 | Peringatan |
Ibr 12:12-24 | Kekudusan: bukan suatu pilihan tambahan |
Ibr 13:1-6 | Kekudusan dalam praktek |
Ibr 13:7-17 | Kepemimpinan dan kemuridan |
[6] KESIMPULAN Ibr 13:18-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi